Peningkatan Hubungan Ekonomi Warnai Peringatan 40 tahun RI-Qatar

By Admin

nusakini.com--Pesatnya hubungan ekonomi dan investasi antara Indonesia dan Qatar mewarnai peringatan 40 tahun hubungan diplomatik kedua negara sejak dibuka pada tahun 1976. Demikian salah satu hasil pertemuan ketika Presiden RI Joko Widodo menerima kunjungan Menteri Ekonomi dan Perdagangan Qatar, Y.M. Sheikh Ahmed Bin Jassim Al-Thani di sela-sela rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi World Islamic Economic Forum 2016. 

Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari komitmen KBRI untuk memperkuat instrumen dan implementasi kerja sama ekonomi Indonesia-Qatar di bidang trade, tourism, investment atau TTI. Untuk mencapai target tersebut, KBRI menggunakan berbagai kebijakan dengan menggerakan seluruh sumber daya termasuk potensi dari 40 ribu WNI yang berada di Qatar. "Kami gerakan semua upaya agar misi diplomasi ekonomi tercapai", ungkap Dubes RI untuk Qatar, Marsekal Madya (Purn) Muhammad Basri Sidehabi. Upaya memprioritaskan diplomasi ekonomi ini sejalan dengan arahan kebijakan Presiden Joko Widodo. 

Pada kunjungan Presiden Jokowi ke Qatar pada September 2015 lalu, telah ditandatangani antara lain : Perjanjian kerja sama bagi Bebas visa bagi pemegang paspor dinas dan diplomatik; Pembentukan Joint Investment Company senilai USD 1 Milyar; Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik antara PT. Pembangkit Jawa Bali dengan Nebras Power dengan investasi USD 500 juta di Belawan, Sumatera Utara dan serta rencana pengembangan investasi Qatar di bidang infrastruktur dan pertanian. 

KBRI juga memanfaatkan berbagai peluang usaha sehubungan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 dan sekaligus upaya Qatar mewujudkan Visi Nasional Qatar 2030. Kebijakan Qatar yang menerapkan kebijakan "look east" dalam mengembangkan kerja sama ekonomi dan investasi dengan berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia membuka peluang untuk dimaksimalkan.

KBRI Doha telah merencanakan beberapa program peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi, dan kunjungan wisman ke Indonesia. Upaya tersebut antara lain mendorong finalisasi dan penandatanganan Air Service Agreement Indonesia-Qatar. Penguatan instrumen ini dilakukan bekerjasama dengan Qatar Airways, guna mendorong masuknya wisman dan mendorong ekspor Indonesia ke Qatar.  

Saat ini kedua negara sepakat menambah frekuensi penerbangan Qatar Airways ke Jakarta menjadi 28 kali per minggu, ke Denpasar menjadi 21 kali per minggu, dan sektor Surabaya dan Medan maksimal 7 kali per minggu. Selain itu disepakati pula penambahan angkutan kargo udara. Pada pertengahan 2016 ini, KBRI Doha menginisiasi penandatangan MOU Kerja Sama antara Kadin Indonesia dan Kadin Qatar. 

KBRI juga bekerjasama dengan Kadin Qatar melakukan berbagai pertemuan usaha termasuk partisipasi pada ASEAN-Qatar Chamber Joint Seminar dengan melibatkan pelaku usaha dari Indonesia. Upaya peningkatan ekspor produk kayu dan furniture pada proyek pembangunan Hamad International Seaport dilakukan sebagai tindak lanjut pertemuan Dubes RI dengan Menteri Transportasi dan Komunikasi Qatar pada 24 Mei 2016.  

Di bidang pariwisata, selain melakukan promosi Wonderful Indonesia, KBRI Doha mengupayakan promosi pariwisata yang menampilkan Iklan Wonderful Indonesia di TV Al Jazeera sebanyak 7.884 kali sampai akhir tahun 2016. Di bidang tenaga kerja, pemerintah Qatar menambah kuota bagi TKI trampil sebanyak 24 ribu TKI. Hal tersebut disampaikan Menteri Tenaga Kerja, Sosial dan Admintrasi Qatar, ketika menerima kunjungan Menteri Ketenagakerjaan RI, Hanif Dakhiri pada 25 Mei 2016. 

Guna memaksimalkan peluang usaha, KBRI memfasilitasi pertemuan usaha Presiden Direktur (Presdir) Bosowa Erwin Aksa ke Qatar pada 21-22 Juni 2016. Menurut Erwin minat investasi Qatar ke Indonesia cukup tinggi. "Investor Qatar lebih cepat dalam mengambil keputusan bisnis dibanding pelaku usaha Timur Tengah lainnyaā€¯ imbuh Presdir Bosowa yang memiliki kerjasama patungan dengan investor Qatar. Erwin menyarankan tawaran proporsal harus konkrit dan memiliki prospek yang baik dan umumnya berminat pada usaha skala besar dan monumental.   

Dalam pertemuan usaha dengan diaspora Indonesia pada 28 Juli 2016, Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Konferensi Islam (OKI), Dr Alwi Shihab mengatakan salah satu tantangan investasi karena pengusaha Indonesia belum mengenal karakter investor Qatar dengan baik. Selain itu, perlunya perlunya meningkatkan hubungan pribadi dan sabar dalam melakukan pendekatan. 

Kesimpulan yang sama juga disampaikan Dubes Basri bahwa investor Qatar umumnya bersifat pragmatis dan menginginkan adanya kepastian hukum sebelum menanamkan modalnya di luar negeri. Keberhasilan negara tetangga Indonesia di ASEAN dalam menarik investasi Qatar membuktikan perlunya Indonesia memperbaiki iklim usaha. "Investor Qatar masih beranggapan menilai aturan investasi di Indonesia dianggap kurang bersaing dibanding negara-negara ASEAN lainnya" ujar mantan Anggota DPR ini. (p/ab)