Penas XV 2017 : Peran Inovasi Teknologi Dalam Pemanfatan Lahan Suboptimal untuk Kemandirian Pangan Aceh

By Admin

Foto/dokumentasi Kementan

nusakini.com - Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian memiliki sejumlah Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu UPT yang berada di Provinsi adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang mempunyai tugas antara lain melakukan pengkajian spesifik lokasi terhadap komoditi unggulan serta mendiseminasikan kepada pengguna dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Demikian pemaparan Ir.Basri A.Bakar,MSi, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Aceh bertemakan “Peran Inovasi Teknologi Dalam Pemanfatan Lahan Suboptimal untuk Kemandirian Pangan” kepada wartawan disela-sela acara Pekan Nasional (Penas) Petani-Nelayan ke XV tahun 2017 di Kota Banda Aceh, Rabu pagi (10/5/2017).

Menurutnya, saat ini Badan Litbang melalui BPTP juga diberi wewenang untuk melakukan pendampingan teknologi untuk program pengembangan komoditas utama pangan yaitu padi, jagung dan kedelai.

“Selain ketiga komoditas tersebut, ada beberapa komoditas yang perlu dikembangkan seperti cabai, bawang, tebu dan daging. Melalui inovasi teknologi diharapkan terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas sehingga ditargetkan padi, jagung dan kedelai tidak lagi impor,” katanya.

Dalam upaya mencapai peningkatan produksi khususnya padi, beberapa pendekatan teknologi yang dilakukan antara lain penggunaan benih unggul dan bermutu, sistem tanam jajar legowo 2 : 1, bibit muda umur < 18 hari, pemupukan berimbang, pengendalian hama penyakit dan pengolahan hasil.

Khusus untuk lahan kering dan suboptimal, Badan Litbang Pertanian telah merilis sejumlah varietas padi toleran genangan (rawa), toleran kekeringan, dataran tinggi, sawah irigasi dan lain-lain.

“Saat ini terdapat jutaan hektar lahan suboptimal yang belum dimanfaatkan dengan baik. Demikian pula untuk jagung, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Serealia Maros telah menghasilkan jagung hibrida NASA 29 dengan tongkol dua. Untuk kedelai, juga telah dirilis beberapa varoetas unggul seperti kedelai biji besar protein tinggi, kedelai toleran naungan dan lain-lain. Penggunaan benih sesuai agroklimat dan topografi akan menjawab tantangan swasembada pangan berkelanjutan,” jelasnya.

Dikatakan lagi oleh Ir.Basri A Bakar, Provinsi Aceh dalam tiga tahun terakhir telah mampu meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai melalui sentuhan teknologi mulai benih unggul dan sistem budidaya.

Padi misalnya produktivitas rata-rata saat ini 5,4 ton/ ha dari sebelumnya 4,7 ton/ ha. Capaian tersebut masih bisa ditingkatkan lagi, karena hasil pengkajian telah menunjukkan bahwa denga teknologi mampu mencapai rata-rata 8,0 sampai 10 ton perhektar.

Hal ini dapat dicapai bila sistem penyuluhan berjalan dengan baik ditunjang degan infrastruktur dan input seperti pupuk yang tersedia tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara aplikasi. Dengan demikian target produksi 2,55 juta ton gabah dapat dicapai tahun 2017.

Dalam rangka Penas XV 2017, Badan Litbang mengkoordinir lahan seluas 10 hektar d belakang Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya dalam bentuk Gelar Teknologi dan yang dibagi dalam beberapa kluster seperti Tanaman Pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, alat dan mesin, perikanan, perkebunan dan Biotek.

Lahan yang digunakan termasuk lahan suboptimal dengan tingkat salinitas tinggi dan pH di bawah normal. Lahan ini sudah lama dibiarkan terlantar karena tidak tersedia drainase, sehingga di saat musim hujan tergenang dan menjadi rawa. Namun melalui inovasi teknologi, lahan tersebut dapat dimanfaatkan dan menjadi produktif. Salah satu pedekatan teknologi yang diperkenalkan adalah system tata kelola air dengan membuat model embung, long storage, drainase dan pintu-pintu air sederhana, irigasi tetes, splinker dan lain-lain.

Untuk komoditas pangan, diperkenalkan padi tahan genangan, tahan kekeringan, padi gogo, jagung NASA 29, beberapa varietas kedelai unggul, sorgum dan kacang hijau. Untuk hortikultura didisplaykan 5 varietas pisang unggul (raja kinalun, barangan, ketan 01, kepok tanjung dan uwak taja), berbagai varietas cabai, semangka, melon dan aneka sayuran.

Guna keberlanjutan peragaan teknologi, disarankan kepada Pemerintah Aceh agar dapat berusaha membebaskan lahan seluas 10 hektar tersebut, sehingga menjadi lokasi agrowisata yang cukup strategis di tengah kota. Selain tempat wisata, juga menjadi pusat edukasi pertanian bagi generasi muda dan anak-anak.(p/mk)