Paradigma Baru Pembangunan Pertanian: Realisasi Tanam dan Tambah Luas Tanam

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Strategi realisasi tanam dan luas tambah tanam merupakan paradigma baru pembangunan pertanian untuk 'menghapus' kata "paceklik" dari dunia pertanian. Hal ini diungkapkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ketika diwawancara metro tv dalam program prime time pagi, Senin (04/11/2017) kemarin.

Wawancara yang berlangsung hampir 30 menit tersebut terkait dengan adanya beberapa daerah terkena dampak buruknya iklim menjelang akhir tahun dan pernyataan Presiden berkaitan dengan kesiapan "logistik" termasuk bahan pangan.

Mentan Amran menyampaikan bahwa sektor pertanian sudah siap, bahkan dari 3 tahun lalu, sudah terbukti hingga saat ini, indonesia tidak impor beras sejak 2016 hingga akhir tahun 2017 yang tinggal beberapa hari lagi.

"Semua ini kita capai berkat kerja keras para petani dan seluruh anak bangsa, demi merah putih, Indonesia harus berdaulat pangan bahkan tidak berlebihan bila kita mentargetkan tahun 2045 saat peringatan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia, negeri yang sangat kaya ini menjadi lumbung pangan dunia", ujarnya.

Mentan kemudian mencontohkan saat ini baru 2 tahun menggalakkan pertanaman jagung, dulu Indonesia selalu impor 3,6 juta ton dengan nilai devisa yang dikeluarkan sekitar 12 Triliun, dengan satu sentuhan dari Presiden Joko Widodo, akhirnya Indonesia bisa melepaskan ketergantungan impor jagung.

Demikian juga beras, kata Mentan,  dulu rata-rata impor beras indonesia antara 1 hingga 1,5 juta ton setiap tahunnya

"Kami pelajari kenapa harus selalu impor. Akhirnya kita ambil kebijakan target luas tanam dan luas tambah tanam, kembali membuktikan bahwa kita bisa berswasembada setelah 30 tahun lebih", imbuhnya.

Menteri Amran menjelaskan kiat untuk berswasembada adalah harus mendampingi petani di lapangan.

"Perintah Bapak Presiden, jangan biarkan rakyat bekerja sendiri, negara harus hadir disetiap persoalan anak bangsa", katanya.

Oleh karenanya, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan berbagai terobosan mulai dari sistim penganggaran hingga kebijakan pengadaan melalui e-katalog, puluhan ribu bahkan sudah ratusan ribu unit alat mesin pertanian dibagikan, benih dan pupuk tidak lagi melalui tender, sinergi sektoral dilapangan menyelesaikan Irigasi Tersier, Sekunder dan Premier seluas 3 juta hektar, normalisasi waduk, embung dan membangun embung baru bekerja sama dengan Kementerian Desa.

"Akhirnya sejak 2016 hingga akhir 2017 ini, impor beras indonesia nol bahkan sudah ekspor dan membuka peluang ekspor, tetutama saat ini peluang ekspor beras organik indonesia diminati beberapa negara eropa", tegas Mentan.

Menurut Mentan, empat komoditas yakni beras, jagung, bawang merah dan cabai belum 3 tahun sudah bisa terselesaikan. Saat ini pun kementan terus berupaya dan yakin komoditas lain akan tuntas.

"Bukan hanya sebatas konsep, kita melakukan kerja-kerja-kerja dalam waktu 3 tahun mendatang, gula Konsumsi, bawang putih akan swasembada. Saat ini pemerintah juga menyediakan anggaran 5,5 triliun untuk mengembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia dan hortikultura, namun semua capaian ini tidak semudah yang diucapkan, membutuhkan komitmen dari semua anak bangsa. Kementerian Pertanian mengajak TNI dan seluruh komponen bangsa untuk mewujudkannya", ujar Mentan.

Mentan menambahkan bahwa keyakinan kecukupan dan ketersediaan pangan bukan hanya hitungan diatas kertas, day to day, terus dichek, Juni hingga September, setiap bulannya 1 juta hektar realisasi tanam dan harus tercapai, bila 1 juta hektar dengan rata-rata produksi 6 ton/ha maka ada 6 juta ton gabah kering panen sama dengan 3 juta ton beras.

"Konsumsi kita 2,6 juta ton beras, berarti kita punya stok 400.000 ton, ini yang dilakukan, baru-baru ini, bersama "Bapak Presiden" kita panen di lahan pasang-surut di Sumsel, selama ini tidak menghasilkan, sekarang sungguh luar biasa, karena bisa bertanam 3 kali atau IP3 dan disekitar tanggul bisa membudidayakan ikan air tawar bahkan banyak ditemukan tutut atau keong sawah yang menjadi sumber protein juga, bahkan sudah membudaya dibeberapa kelompok masyarakat kita sebagai cemilan sehat", ujarnya.

Saat ini, Indonesia memiliki 10 juta hektar lahan rawa tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, 6 juta hektar sangat potensial untuk pertanian, lahan kering ada 4 juta. (p/ma)