Optimasi Lahan Sempit Petani Dengan Buah Unggul Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

By Admin


nusakini.com - Bogor - Kementerian Pertanian (Kementan) berencana mengkonsolidasikan lahan sempit petani menjadi sentra buah-buahan berskala ekonomi. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menerangkan, hal tersebut dilakukan lantaran rata -rata kepemilikan lahan petani sekitar 0,3 hektar. "Bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani kalau kepemilikannya hanya 0,3 hektar?" Tanya pria yang akrab dipanggil Anton.

"Budidaya hortikultura khususnya buah-buahan adalah salah satu jalan keluarnya. Berikan mereka benih unggul, bantuan pupuk, pengawalan pemberantasan hama penyakit, dan pendampingan yang rutin dalam hal budidaya, petani lahan sempit bisa meningkat kesejahteraannya" jawab Anton

Langkah itu dikemas dalam Desain Besar Hortikultura 2020-2024. Diawali dengan menyiapkan benih buah-buahan unggul berupa batang bawah dan batang atas pada tahun 2020 selanjutnya distribusi ke kabupaten-kabupaten yang secara agroklimat dan lahannya cocok pada tahun berikutnya. 

"Lokasi-lokasi mana yang cocok, langsung kita kembangkan. Tidak tanggung-tanggung. Kalau cocok 100 hektare, kita berikan 100 hektare, kalau cocok 300 hektar ya kita berikan 300 hektar supaya skala ekonominya jelas. Artinya disini, apabila rata-rata kepemilikannya 0,3 hektare berarti ada 1000 petani yang akan dibantu di kabupaten tersebut" katanya.

Penyediaan benih unggul melibatkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) serta Balai Benih Hortikultura (BBH) yang tersebar di Indonesia. 

Dirinya mengingatkan bahwa penggunaan benih unggul menjadi salah satu aspek penting keberhasilan program ini. Karena akan menjadikan produk hortikultura yang bermutu dan memiliki daya saing. Selain penerapan pola budi daya hingga penanganan pascapanen yang baik. Dus, berpeluang diekspor. 

Anton berkeyakinan, upaya ini bakal berhasil. Dicontohkannya dengan sentra durian di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng). 

"Durian di Pati sudah berkembang, walaupun hanya (skala) kecil, 15-20 hektare," ucap dia. Budi daya diawali pemberian bantuan benih oleh Kementan, lima tahun silam. 

Contoh lainnya di Kecamatan Semboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim). Masyarakat di sana kini sukses membudidayakan kelengkeng jenis kateki. Berasal dari benih bantuan pemerintah daerah Kaltim. 

Selain pemberian bibit unggul, Kementan pun bakal melakukan transfer pengetahuan dan teknologi, pendampingan, sampai pengawasan. Guna memastikan buah-buahan yang dihasilkan berkualitas. 

"Kalau kawasan tersebut sudah berkembang, nanti kita sosialisasikan. Kita promosikan. Kita diseminasikan kepada masyarakat, termasuk kepada calon off taker" ujar Anton.

Anton menambahkan bahwa banyak yang belum bertanya pada dirinya dimana bisa mendapatkan produk hortikultura tertentu karena banyak permintaan di luar negeri. "Kelak dengan grand design pengembangan hortikultura 2020-2024 dimana barang berkualitas bisa diperoleh, berapa banyaknya, dan dimana pasarnya semua bisa terjawab" pungkas Anton. (pr/eg)