Optimalisasi Lahan Rawa, Tingkatkan Potensi Pendapatan Petani Hingga 300 persen*

By Admin


nusakini.com - Ogan Illir - Optimalisasi lahan menjadi lahan produktif menjadi salah satu langkah pemerintah dalam peningkatan produksi khususnya lahan pertanian. Dengan proyeksi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia di tahun 2045, pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri menjadi tolak ukur yang nantinya berujung pada ekspor pangan. Sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah di tahun 2018 dengan tema "Pengembangan Infrastruktur dan Penguatan Investasi untuk Percepatan Peningkatan Produksi dan Ekspor Pangan", Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan peningkatan produksi mulai dari pemilihan benih berkualitas, upaya peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT), sampai optimalisasi lahan seperti memberdayakan lahan rawa menjadi area persawahan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman hari ini di pertengahan bulan Oktober meninjau langsung lahan rawa yang di "sulap" menjadi lahan pertanian. Areal rawa seluas 500 hektare di Desa Palabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan Induk, Kabupaten Ogan Illir disulap menjadi lahan produktif pertanian yang mampu tanam hingga 3 kali dalam setahun. Pertama datang, Amran langsung disambut pompa besar yang digunakan sebagai manajemen pengelolaan pengairan sawah di areal rawa tersebut. Jika areal tersebut terbilang tergenang, maka pompa akan menyedot air ke luar wilayah tersebut.

Inovasi pengembangan lahan rawa menjadi lahan pertanian yang memiliki potensi besar mampu memberikan "obat" tersendiri bagi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. "Hari ini jujur kami agak demam, begitu melihat keberhasilan Pak Bupati Pak Kadis kami langsung sembuh, kami pakai jaket tadi kami terasa masih demam tadi subuh, begitu tadi berdiri di pojok sana, dulu ini seperti lautan, hari ini menjadi lautan padi", seloroh Amran.

Potensi lahan rawa di Provinsi Sumatera Selatan mencapaI 483.000 hektare. Nantinya lahan tersebut akan dioptimalkan untuk lahan pertanian. Dengan produktifitas yang mampu mencapai 8 ton per hektar, jika hal ini mampu dicapaj makan mampu memproduksi hampir 2 juta ton beras sekali panen atau hampir setara dengan kebutuhan beras nasional perbulan yakni 2,6 juta ton.

Teknologi menjadi kunci keberhasilan inovasi ini. Akan tetapi, teknologi dan mekanisasi pertanian yang dikembangkan tidak menghilangkan atau mengesampingkan para buruh tani. Justru, mekanisasi yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian bertujuan untuk mensejahterakan dan mengangkat taraf hidup para petani. Seperti yang diutarakan oleh salah satu ibu buruh tani yang hadir, bernama Ibu Juriah. Dirinya mengaku, di depan Menteri Amran, dalam sehari memperoleh penghasilan Rp 50.000 tetapi dengan menggunakan alat mesin pertanian nanti penghasilannya mampu melonjak hingga 300% atau Rp 6 juta per bulan.

"Biasanya kalau bulan Oktober disini paceklik terkenal tidak ada panen disini, kota lihat (sekarang) hijau panen, dengan teknologi baru, kita membuat kanalisasi, semua kita kanalisasi, sehingga banjir tidak masuk. Kalau masuk ada pompa, kalau musim kering kita pompa masuk, kalau musim hujan kita pompa keluar. Hasilnya 3 kali panen yang dulunya tidak ada panen", jelas Menteri Amran di depan awak media. "Kami sudah minta pak dirjen ini dilanjutkan, 500 ribu ha ini kalau 3 kali tanam itu bisa potensinya 1 juta hektare, kalau produktivitasnya 6 ton/ha itu ada kenaikan 6 juta ton, 6 juta ton kalau dikali Rp 4 juta (estimasi harga gabah per ton) hasilnya Rp 24 triliyun pendapatan petani Sumsel", tambah Amran.

Di sela-sela kegiatan tersebut, Amran juga memastikan stok beras nasional aman hingga 7 bulan ke depan atau sampai Mei 2018. (pr/eg)