(Opini) Belajar Maritim di Gerbang Lautan Baltik

By Admin

Oleh: Baso Hamdami - Malmo*  

KERETA itu membawa saya melintasi jalur bawah laut Selat Øresund yang merupakan gerbang Laut Baltik di sempadan antara Denmark dan Swedia, hingga kemudian naik melalui pulau buatan di Kanal Flint menuju Jembatan Øresund sepanjang 7.8 km untuk mencapai Kota Malmö. Seketika terlihat pemandangan laut yang membiru, kapal lalu lalang dan kincir angin yang berputar mengikuti perangai angin untuk menghidupkan sebagian masyarakat Kota Malmö, kota dimana catatan perjuangan saya yang baru akan bermula pada September ini.

Kemegahan arsitektur di kota paling selatan Swedia ini diramaikan oleh pemandangan beberapa orang tua yang membawa anaknya kemana-mana menggunakan kereta dorong dan tidak sedikit pula terlihat para anak yang membawa orangtua mereka menggunakan kursi roda untuk sekedar menikmati panorama di sekitar kota.

Bagi saya yang besar di kawasan pesisir, menuntut ilmu di universitas yang fokus pada bidang laut menjadi dambaan saya sejak masih di usia belia, namun hal ini bukan lagi menjadi imaji belaka saat ini. Sejak tahun 1983, United Nations, dalam hal ini International Maritime Organization (IMO) memilih kota Malmö sebagai pusat belajar khusus untuk bidang maritim, yaitu World Maritime University. Di kampus ini, saya memilih jurusan Ocean Sustainability, Governance and Management (OSGM) karena latar belakang saya yang pernah bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Destructive Fishing Watch (DFW) dimana lebih banyak bersentuhan dengan perihal tersebut. Caruk maruk tata kelola dan manajemen laut yang saya dapatkan ketika bekerja di lapangan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat menjadi salah satu sumber alasan utama saya kenapa memilih jurusan tersebut. Harapan saya semoga ilmu ini nantinya bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan mampu berkontribusi banyak untuk Indonesia.

Terkait kerjasama, perguruan tinggi ini juga memiliki MoU dengan Kementerian Koordinator Maritim Indonesia untuk memberikan kesempatan sebanyak 15 orang bagi generasi muda Indonesia. Diharapkan kerjasama ini bisa membuahkan hasil yang baik sehingga kuota belajar sebanyak 15 orang ini bisa dipenuhi oleh Kemenko setidaknya untuk tahun-tahun berikutnya. Tahun ini, saya bersama tujuh generasi muda lainnya menjadi beberapa yang beruntung untuk mendapat kesempat belajar disini, dimana tiga dari kami didukung secara finansial oleh beasiswa LPPD, tiga orang dari beasiswa Pelindo serta satu orang dari beasiswa IMO. Sekedar informasi, beasiswa lainnya yang didapat oleh mahasiswa yang kuliah di WMU adalah Sasakawa Scholarship yang merupakan salah satu sponsor utama WMU.

Selama masa orientasi kampus, saya berkesempatan membentuk kedekatan bersama mahasiswa dari berbagai bangsa dan negara yang berbeda. Waktu seminggu begitu terasa melelahkan karena padatnya jadwal orientasi yang tentu sangat menguras tenaga dan pikiran. Pada periode tersebut, kegiatan dimulai dari pukul 09.30 hingga pukul 15.30 dengan hanya rehat makan siang selama satu jam. Orientasi kampus kami dimulai dari pengenalan staf dan kampus. Selanjutnya, kami juga diberi kesempatan untuk melihat semua fasilitas kampus seperti perpustakaan, penggunaan teknologi yang terintergrasi dengan kampus dan apartemen mahasiswa. Setelah itu, dilanjutkan dengan penjelasan sistem health care yang dijalankan oleh pemerintah Swedia seperti asuransi kesehatan, pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan pemerintah setempat yang kami harus datangi saat sakit serta pengenalan penyakit menular yang bisa terjadi. Yang paling menarik pada orientasi kampus adalah survival course bahasa Swedia. Diharapkan kami mampu berkomunikasi dengan masyarakat lokal atau ketika dibutuhkan serta mempelajari budaya setempat. Lidah terasa tertekuk ketika mengucapkan kosa kata yang tentu tidak familiar bagi kami… Uniknya lagi bahasa Swedia memiliki alfabet tersendiri sehingga menjadi ilmu baru bagi kami. Dua hari terakhir kami terlibat kegiatan bersama antara mahasiswa-mahasiswa sebelumnya melalui koordinasi Student Council. Kegiatan ini dilaksanakan di Söderåsen National Park dengan aktivitas seperti outbond dan hiking di bukit-bukit terdekat.

Sebagai tambahan informasi kelak bila kamu berminat buat jadi mahasiswa WMU, setiap mahasiswa didukung oleh fasilitas apartemen dari kampus (yang dilengkapi ruang tidur, meja belajar, kursi, semua jenis peralatan dapur baru yang dibutuhkan, mesin cuci, setrika, pengering pakaian), fasilitas di lingkungan apartemen (perpustakaan, biliar, sauna, badminton, mini theater, ruang pertunjukan), fasilitas khusus dari kampus (biaya transportasi dengan bus diberikan cuma-cuma oleh Kementerian Maritim dan Perikanan Korea Selatan untuk semua mahasiswa WMU), hingga makanan di kantin kampus yang disubsidi oleh PBB hampir 50%. Jadi teman-teman hanya dituntut untuk datang dan fokus belajar tanpa perlu khawatir dengan isu-isu seperti akomodasi.

Bagi mahasiswa baru di perantauan seperti saya, kuliah di negeri nun jauh merupakan sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja karena selain belajar, saya juga berkesempatan membangun jejaring antar teman yang berbeda negara. Di akhir perkuliahan, saya memiliki rencana untuk magang di IMO, London yang lantas bisa menjadi lebih mudah bagi saya sebagai mahasiswa WMU, karena WMU sendiri merupakan bagian dari IMO dan setiap tahun ada beberapa fresh graduate WMU yang magang disana. Ada banyak hal bisa anda dapatkan ketika berkuliah di WMU dan tentu kampus ini sangat direkomendasikan bagi anda yang ingin kuliah di bidang kemaritiman.

*Master Programe in Ocean Sustainability, Governance and Management (OSGM) World Maritime University