Ojek Lansia di Bangka, Kendaraan Harapan bagi Mereka yang Terabaikan

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Layanan ojek biasanya digunakan sebagai transportasi umum untuk bepergian. Namun, hal berbeda dilakukan oleh masyarakat di Desa Penagan Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. Mereka menambah fungsi ojek sebagai layanan penjemputan lansia untuk berobat. Inovasi Ojek Lansia dari Pemerintah Kabupaten Bangka bertujuan untuk menjemput lansia untuk datang ke posyandu dan mengantarkan kembali pulang ke rumah setelah mendapatkan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. 

“Kita menyediakan Ojek Lansia, ini pelayanan kami kepada masyarakat. Karena kesadaran masyarakat untuk datang berobat sangat susah, dengan adanya ini kita bisa menjemput masyarakat yang sudah tua dan kemampuan berjalan kurang mampu,” papar Bupati Bangka Mulkan saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu. 

Dijelaskan, lansia yang sebelumnya tidak pernah datang ke posyandu atau yang jarang datang ke posyandu, menjadi datang ke posyandu secara rutin setiap bulan berkat komitmen para kader kesehatan. Lansia yang tinggal sendiri, jauh dari puskesmas, tidak mampu mengendarai atau tidak memiliki kendaraan kini tidak lagi memiliki alasan untuk absen dari pemeriksaan kesehatan. Inovasi ini meningkatkan kunjungan posyandu lansia di Desa Penagan tahun 2017 yang rendah hanya 65.47 persen, menjadi 84,29 persen pada tahun 2018. 

Kendaraan bermotor roda dua dari kader-kader kesehatan menjadi kendaraan andalan ketika tidak tersedianya angkutan kota dan ojek di Desa Penagan. Selain karena minimnya sarana transportasi, motor dipilih lantaran untuk mendatangi rumah lansia perlu menyusuri badan jalan yang sempit.

Inovasi Ojek Lansia dilaksanakan oleh kader yang merupakan masyarakat Desa Penagan. Memberdayakan masyarakat lokal memiliki kelebihan tersendiri, antara lain mereka sudah sangat memahami demografi dan budaya setempat, serta memiliki nilai kearifan lokal. Mereka dapat dipercaya oleh keluarga lansia sebagai orang yang mengantarkan dan menjemput lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan setiap bulan. 

Mulkan mengakui bahwa dalam implementasi inovasi ini terdapat kendala yang harus dihadapi. “Kendalanya karena membutuhkan biaya transportasi kepada para ojek,” ungkap Mulkan. Meskipun demikian, biaya operasional Ojek Lansia dapat ditangani dengan sumber daya keuangan yang berasal dari uang kas lansia, dana puskesmas dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 

Inovasi ini merupakan replikasi dari inovasi yang menggunakan media serupa, salah satunya adalah inovasi Ojek Makanan Balita (Omaba) dari Kota Bandung. Omaba adalah transportasi yang digunakan oleh para kader kesehatan di Kota Bandung untuk mengantarkan makanan bergizi kepada balita yang mengalami masalah gizi. 

Daerah lain diharapkan mampu mereplikasi inovasi Ojek Lansia demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang efektif dan tepat sasaran. “Inovasi Ojek Lansia dapat dengan mudah direplikasi oleh desa, puskesmas, maupun pelayanan publik lain yang memiliki masalah kesulitan akses karena keadaan terpencil, terutama terkait pelayanan lansia,” tutup Mulkan.(p/ab)