Modal Pemimpin

By Admin


Nusakini.com--Indonesia--Pemimpin adalah sosok istimewa. Ia dipilih karena memang pantas dipilih. Ia diberi amanah karena memang layak menerima amanah.

Saking istimewanya, banyak yang memperebutkan menjadi pemimpin. Padahal, sejatinya tak perlu berebut karena pemimpin yang layak sudah pasti terlihat dari rekam jejak kehidupannya (track record). 

Namun, karena aturan mainlah “yang memaksa” pemimpin selalu dipilih (diperebutkan). Nah, dari sinilah muara masalahnya. Karena pemimpin itu dipilih maka sangat bergantung siapa yang memilihnya bukan? Artinya, selera pemilih sangat menentukan kualitas pemimpin terpilih. 

Di sinilah para calon pemimpin diuji. Seberapa hebatkah ia mampu menyakinkan para pemilih bahwa ia layak dan tepat untuk dipilih. Padahal, memilih pemimpin yang benar, perlu waktu panjang. Tidak bisa hanya ukuran hari dan bulan, melainkan tahunan. 

Ia akan terlihat jelas rekam jejaknya sejak ia berkiprah di masyarakat. Ruang dan waktu inilah yang akan menempa pemimpin itu benar atau hanya karbidan. 

Oleh karena itu, saat ini kita membutuhkan pemimpin yang benar-benar mampu memimpin, bukan asal memimpin. Bukan pula pemimpin yang ‘pura-pura’ bisa jadi pemimpin. Kalau kita membaca sejarah, banyak pemimpin yang baik dan bisa menjadi teladan. 

Sejarah kepemimpinan Nabi Muhammad, Khulafa ar-Rasyidin, para ulama, tokoh-tokoh dunia yang membawa perubahan kebaikan patut kita jadikan contoh. 

Seorang pemimpin selalu dilahirkan tepat pada zamannya masing-masing. Tidak bisa zaman dahulu disamakan dengan zaman sekarang. Konteks inilah yang perlu dipelajari calon pemimpin. Karena itu, kita perlu belajar untuk terus belajar sesuai anjuran Nabi: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.” (HR Bukhari). 

Nah, modal dasar pertama seorang pemimpin adalah ia harus disukai. Modal dasar level kedua diikuti. Level ketiga dicintai dan level keempat atau terakhir adalah dibela. Keempat formula tangga kepemimpinan ini (disukai, diikuti, dicintai, dan dibela) harus berurutan. 

Tidak bisa pemimpin dibela kalau tidak disukai. Tidak mungkin pemimpin langsung lompat tangga ingin diikuti apa kebijakannya kalau belum disukai. Jadi, modal dasar pertama pemimpin sebelum naik ke level tertinggi adalah disukai. Bagaimana mungkin pemimpin bisa dibela, dicinta, dan diikuti kalau dari awal tidak disukai. Benar tidak? 

Oleh karena itu, jangan sampai salah memilih pemimpin kita. Apalagi, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita pilih dan pimpin sesuai hadis Nabi: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari Muslim). Di manapun Anda berada. Mulai dari lingkungan terkecil, keluarga, RT, RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten, kota, provinsi, perusahaan, ormas, LSM, parpol, lembaga negara, perguruan tinggi, dan negara.(R/Rajendra)