Merawat Akal Sehat

By Admin


Oleh: Makmur Gazali  

SEORANG Pujangga Kesunangan Surakarta, Ranggawarsita, pernah menulis tembang syair ‘Serat Kalitida’ yang memberi gambaran tentang sebuah Zaman Edan. Salah satu liriknya berbunyi begini, “Menyaksikan zaman gila//serba susah dalam bertindak//ikut gila tidak akan tahan//tapi kalau tidak ikut (gila) tidak dapat apa-apa.

Tembang  syair Jawa (sinom) ini lantas menorehkan banyak makna dalam mencoba memahami perilaku manusia, utamanya dalam membaca sebuah kecenderungan zaman. 

Saya kurang tahu pasti, pada kondisi bagaimana syair tersebut hadir dalam ruang sosial masyarakat di zaman Ranggawarsita. Namun yang pasti, “Zaman Edan”-nya Ranggawarsita mampu memberi kita semacam ‘vitamin’ jiwa tentang sebuah akal sehat dan bagaimana kita harus bersikap dalam situasi zaman serupa ini. “Sebahagia-bahagianya orang yang lalai//akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada”.

Ingat dan waspada. Inilah barangkali menjadi ruang introspeksi kita dalam menjaga pada titik mana akal kita mengayungkan batu pendulumnya. 

Dengan kata lain dalam situasi Zaman Edan, alih-alih ikut dalam gelombang pasang kegilaan, justru kita harus meninggikan ‘antena’ kewaspadaan kita serta menegakkan kewarasan dengan senantiasa berintrospeksi --menengok kedalaman batin dan menjaga ruang-ruang akal sehat kita.

Agaknya, hal inilah yang harus kita lakukan untuk zaman ini, di republik ini. Di mana makian, hujatan, tudingan dan haru-biru kebohongan serta fitnah menjadi wabah yang demikian mengganas.

Saat ini, di republik ini, kita seakan telah melemparkan “akal sehat” kita ke "tong sampah" dan mulai dengan rakus saling memangsa dengan dalih yang kita buat untuk membenarkan ‘kegilaan’ kita.

Inilah zaman di mana udara demikian penuh sesak oleh hujatan dan makian kebencian. Orang dengan gampangnya menuding seseorang sebagai Kafir, PKI, Wahabi, Syiah, Radikal, Anti Islam, Anti Pancasila dan lain-lain. Inilah zaman di mana “diam” pun masih dianggap sebuah sikap yang salah. “Tak bersuara berarti musuh”.

Saat ini, di republik ini, suasana menjadi demikian “busuk”. Dan mengingat kembali pesan Ranggawarsita mungkin bisa sedikit banyak mampu merawat akal sehat kita. (Penulis adalah Jurnalis)