Menuju Putaran Akhir IA-CEPA, Mendag: Optimalkan Waktu yang Ada

By Admin

nusakini.com--Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menegaskan tim perunding  dari Indonesia dan Australia harus dapat mengoptimalkan waktu perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Dengan begitu, perundingan IA-CEPA diharapkan selesai sesuai target yaitu akhir 2017.

Arahan tersebut disampaikan dalam pembukaan perundingan IA-CEPA putaran ke-9 yang berlangsung  Senin (2/10).

Perundingan IA-CEPA putaran ke-9 dilaksanakan di Jakarta pada 2-6 Oktober 2017. Mendag berharap perundingan dapat berjalan produktif dan mencapai target yang diharapkan. 

“Delegasi Indonesia dan Australia harus dapat mengoptimalkan waktu yang ada untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan yang konkret dan dapat diimplementasikan, sehingga hasil perundingan ini dapat bermanfaat bagi kedua negara,” ungkap Mendag Enggar. 

Mendag Enggar juga mengatakan agar kedua tim perunding melihat perundingan ini sebagai usaha bersama untuk menciptakan masa depan bersama yang lebih baik, yaitu kedua negara saling melengkapi, bukan saling bersaing.

Mendag juga mengingatkan kembali agar tim perunding Indonesia berpegang pada arahan Presiden RI Joko Widodo. 

“Saat Bapak Presiden memberi arahan agar menyelesaikan perundingan IA-CEPA pada tahun ini, beliau bersungguh-sungguh. Dua kata kunci yang kerap disampaikan terkait perundingan ini adalah keterbukaan dan daya saing,” kata Mendag Enggar. 

Putaran ke-9 ini merupakan tindak lanjut dari perundingan putaran ke-8 di Canberra pada 31 Juli-4 Agustus 2017. Pada perundingan putaran ke-9 ini, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deddy Saleh dan Delegasi Australia dipimpin oleh Trudy Witbreuk. 

Isu-isu utama IA-CEPA yang dibahas dalam putaran ke-9 adalah perdagangan barang (termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan, fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, serta sanitasi dan fitosanitasi), perdagangan jasa (termasuk jasa keuangan, pergerakan perseorangan, jasa keuangan, dan telekomunikasi), investasi, perdagangan elektronik, dan ketentuan kerangka kelembagaan. 

Pada sesi pembukaan, Deddy Saleh menekankan bahwa IA-CEPA harus dapat menjawab kebutuhan Indonesia. “Pemerintah Indonesia perlu mempertanggungjawabkan capaian IA-CEPA  kepada rakyat Indonesia. Saya minta Australia juga mempertimbangkan kepentingan Indonesia jika perundingan ini ingin segera diselesaikan,” ungkap Deddy.

Namun Deddy juga menambahkan, dalam perundingan ke-9 ini kedua negara sepakat untuk tetap saling mengedepankan prinsip yang saling mengerti akan kepentingan kedua negara, dengan mempertimbangkan sensitivitas di masing-masing pihak. 

Merespons hal tersebut, Trudy Witbreuk juga menyampaikan harapannya agar IA-CEPA dapat menguntungkan kedua negara. Indonesia dan Australia sepakat untuk lebih mengintensifkan perundingan pada kerja sama ekonomi. Kedua negara akan membuat rencana kerja bersama yang konkret, terukur, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan oleh masing-masing  konstituennya, dalam kerangka waktu jangka pendek, menengah, dan panjang. 

Tim perunding Indonesia dan Australia sepakat untuk segera mewujudkan apa yang telah disepakati kembali oleh kedua Kepala Negara di sela-sela G20 Summit, yang mengharapkan IA-CEPA dapat selesai pada akhir tahun 2017. Untuk mempercepat penyelesaian perundingan, pada bulan Agustus dan September 2017 delegasi kedua negara juga telah melakukan pertemuan intersesi untuk masing-masing Kelompok Perunding.

Pertemuan intersesi yang dilakukan yaitu pertemuan untuk Kelompok Perunding Perdagangan Barang, Jasa, Investasi, dan Kerja Sama Ekonomi. 

Masih dalam rangkaian perundingan ke-9. Pada Kamis (5/10) akan dijadwalkan pertemuan dengan sektor swasta yang diwakili oleh Indonesia-Australia Business Partnership Group (IA-BPG) dan perwakilan kedua negara. Pertemuan ini dimaksudkan memberikan perkembangan terkini IA-CEPA dan meminta masukan dari sektor bisnis kedua negara. (p/ab)