Mentan Amran Sulaiman Puji Kinerja Danny Pomanto di Konferensi Forum Rektor Indonesia 2018

By Admin

nusakini.com--Konferensi Forum Rektor Indonesia 2018 dengan tema "Memperkuat Karakter Bangsa dalam Menghadapi Disrupsi Perdaban" turut dihadiri oleh Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, di Pelataran Baruga A. P. Pettarani, Universitas Hasanuddin. 

Dalam pidatonya Menteri Amran mengatakan faktor ekonomi dan pendidikan menjadi penyebab tingginya angka balita stunting di Indonesia. Melihat kondisi tersebut, Menteri Pertanian meminta partisipasi nyata semua pihak baik pemerintah, swasta, masyarakat, bahkan tenaga pendidik dituntut untuk terus berupaya menghapus kelaparan dan kekurangan gizi dengan meningkatkan produksi pangan dan memastikan masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang bergizi. 

Berdasarkan hasil penelitian Organisasi Pangan Dunia (FAO), sebanyak 19 juta penduduk Indonesia diperkirakan masih mengalami kelaparan. 

"Penyebab utamanya ialah kemiskinan dan kelangkaan bahan makanan pokok. Masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka, khususnya di wilayah bagian timur Indonesia," katanya saat menyampaikan pidato usai makan malam", ujarnya.

Dia mengungkapkan hasil pertemuannya dengan Wali Kota Makassar, Ramdhan “Danny” Pomanto, membuatnya berusaha untuk mengadopsi sistem-sistem war room yang telah mempermudah kerja Pemerintahan Kota Makassar lewat teknologi. 

"Inilah demikian luar biasanya IT, mampu menekan biaya-biaya yang tak tak penting. Sekarang sistemnya teratur," ungkapnya. 

Lebih lanjut dia menjelaskan, merespons perkembangan IT, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian merancang aplikasi Toko Tani Indonesia (TTI) online dalam aplikasi e-commerce (business to business) yang melibatkan petani, masyarakat, lembaga keuangan, dan transportasi. Hal ini sebagai wujud transformasi dalam pelayanan TTI agar dapat melayani masyarakat secara lebih luas, mudah dan murah. 

"Tahun 2018 ini akan dikembangkan kembali 1.000 TTI dan 500 Gapoktan. Dengan kondisi ini, tidak mungkin lagi jika pengelolaan distribusi pangan dilakukan secara manual. Untuk itu, kita bangun e-commerce TTI," jelasnya. 

Kedepannya aplikasi ini akan terus dikembangkan sehingga masyarakat dapat ikut mengakses layanan TTI secara online. Di banyak negara, konsep pangan fungsional telah berkembang sangat pesat. 

"Indonesia bisa bikin pesawat, lalu untuk traktor saja tak bisa? Bahkan kalau pun traktornya berjalan mundur, hantam saja! Nanti peneliti berikutnya yang bikin jalannya jadi maju," tegasnya. 

Terakhir, ia menghimbau para Rektor Indonesia untuk lebih jauh memberikan perhatian lebih terhadap pangan Indonesia dengan memberikan kontribusinya dalam program kerja FRI. "Bersama, kita bisa membangun Pertanian Indonesia, jika para Pendidik negara ini juga bekerja sama dengan pemerintah untuk kualitas pangan yang lebih baik," katanya. (p/ab)