nusakini.com--Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan perhatian khusus pada pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) nasional terutama dalam upaya peningkatan daya saing, jumlah populasi dan penyerapan tenaga kerja. Ini sejalan dengan butir-butir Nawacita Pemerintahan Jokowi-JK, antara lain mewujudkan kemandirian ekonomi,meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, serta membangun daerahdan pedesaan. 

“Untuk pengembangan IKM, Kementerian Perindustrian terus melakukan koordinasi dan sinergi dengan seluruh stakeholders dalam menjalankan berbagai program strategis, yang tentunya tetap fokus pada peningkatan daya saing, populasi dan tenaga kerja sesuai potensi sumber daya industri di daerah,” kata Airlangga di Jakarta, Jumat (29/12). 

Menurutnya, IKM yang menjadi sektor dominan dari populasi industri di dalam negeri berperan penting sebagai tulang punggung perekonomian nasional. “Di tengah pelemahan ekonomi global, IKM hampir tidak terpengaruh dan pertumbuhannya relatif lebih stabil,” ungkap Airlangga. 

Selama lima tahun terakhir, kontribusi sektor IKM terhadap pertumbuhan industri non-migas meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen. Selanjutnya, ekspor IKM periode Januari-November 2016 mencapai USD 24,7 miliar atau memberikan kontribusi 24,8 persen terhadap total ekspor industri non-migas. 

IKM juga mampu menyerap tenaga kerja paling banyak dibandingkan sektor lainnya. Serapan tenaga kerja pada sektor ini pada awal tahun 2016 mencapai 97,22 persen. “Pada tahun 2016, IKM di Indonesia tumbuh mencapai 165.983 unit atau meningkat 4,5 persen dibandingkan tahun 2015 dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 350.000 orang,” tuturnya. 

Pertumbuhan IKM selama tahun 2016 menunjukkan gejala yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemenperin mencatat, jumlah sentra IKM tahun 2016 sebanyak 7.437 sentra. Jumlah unit sentra terbanyak diduduki sektor pangan (40 persen), kerajinan dan aneka (23 persen), serta sandang (16 persen). 

”Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, kami memiliki target penciptaan 20.000 wirausaha baru,” tegasnya. Dalam mengejar sasaran tersebut, sepanjang tahun 2016, Kemenperin telah melaksanakan program pelatihan, pemberian startup capital, dan pendampingan kepada 3.745 calon wirausaha baru, yang 200 diantaranya sudah mendapatkan legalitas usaha industri. 

Dirjen IKM Gati Wibawaningsih mengatakan, Kemenperin telah melakukan pemberdayaan sentra IKM melalui penguatan kelembagaan, fasilitasi penggunaan teknologi terkini, fasilitasi peningkatan Unit Pelayanan Teknis (UPT), pendampingan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) serta pembangunan dan revitalisasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada 1.852 sentra IKM yang dibina pada tahun 2016. 

“Untuk pengembangan produk IKM, tahun ini kami masih menjalankan program bimbingan dan fasilitasi penerapan standarisasi dan sertifikasi, pendaftaran HKI serta perbaikan desain kemasan dan merek kepada 3.865 IKM,” ungkapnya. Sedangkan, realisasi KUR bagi IKM pada tahun ini sebesar Rp 4,14 triliun untuk 187.871 unit usaha. 

Bahkan, dalam peningkatan daya saing IKM, Kemenperin melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM berupa skema pembiayaan investasi pembelian mesin dan peralatan kepada 67 IKM. Selanjutnya, memfasilitasi perluasan pasar melalui promosi dan pemasaran produk bagi 486 IKM. 

“Dalam mewujudkan kegiatan tersebut, Kemenperin meluncurkan terobosan melalui e-Smart IKM. Kami telah melakukan koordinasi dan sinergi program yang akan dituangkan dalam MoU dengan BPS, PT. Pos Indonesia, Kominfo serta market place dan perusahaan startup lainnya dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 50 sentra IKM dengan total 50.000 unit IKM,” paparnya. 

Menperin juga menyebutkan beberapa target pengembangan IKM nasional pada tahun 2017, antara lain penumbuhan wirausaha baru sebanyak 5.000 unit dan pengembangan sentra IKM melalui pembinaan dalam bentuk revitalisasi kepada 1.200 sentra IKM.

“Tahun depan, kami akan meningkatkan jumlah IKM mencapai 182.000 unit atau naik 4,7 persen daritahun 2016 dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 400.000 orang,” ungkap Airlangga. Selain itu, pengembangan produk IKM melalui bimbingan dan fasilitasi penerapan standarisasi dan sertifikasi, pendaftaran HKI serta perbaikan desain kemasan dan merek kepada 1.001 IKM. 

Kemenperin akan terus meningkatkan daya saing IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM berupa skema pembiayaan investasi pembelian mesin dan peralatan kepada 150 IKM, serta fasilitasi perluasan pasar melalui promosi dan pemasaran produk bagi 160 IKM. Negara tujuan promosi dan pemasaran antara lain, Australia, Jepang, Dubai World Trade Centre, Moskow, Frankfurt, Hong Kong, Singapura, dan Hanover. 

Agar lebih fokus menyasar pasar, Kemenperin juga akan fokus mengembangkan sembilan komoditas unggulan prioritas, yakni olahan hasil laut, kopi, furnitur, tenun, minyak atsiri, perhiasan, peralatan pertanian non mekanik dan teknologi tepat guna, komponen alat angkut, serta produk elektronik dan telematika. Pengembangan itu termasuk promosi dan pemasaran melalui e-commerce. 

Sementara itu, Gati mengatakan, pada tahun 2017, pihaknya akan fokus untuk pembenahan database IKM di Indonesia. Data tersebut nantinya menjadi dasar dalam menjalankan program-program pengembangan IKM nasional yang dijalankan oleh Kemenperin. 

“Salah satunya adalah untuk pelaksanaan program e-Smart IKM, yang akan dimulai pada 2017,” ujarnya. Gati menjelaskan, program e-Smart IKM bertujuan untuk mengoptimalkan potensi IKM agar menjadi showcase produk sendiri dan bukan menjadi reseller produk negara lain. Ditargetkan, pada 2018, pasar produk IKM dan pasar kebutuhan IKM telah terintegrasi dalam program tersebut. 

”e-smart IKM menjadikan virtual sentra IKM, mediator IKM dengan e-commerce serta menjadikan branding IKM yang diintegrasikan dengan marketplace dan e-commerce yang telah ada dan beroperasi di tanah air,” paparnya. 

Gati menambahkan, sektor IKM yang bergerak di bidang pengolahan makanan akan diprioritaskan untuk mengikuti bimbingan teknis agar mampu menembus pasar online pada tahun depan. Pembinaan yang akan dilakukan terhadap IKM tersebut, utamanya meliputi branding dan desain kemasan agar lebih menarik dan bernilai tambah. 

Oleh karena itu, lanjut Gati, pelaku IKM nasional perlu mengoptimalkan peran klinik kemasan yang dimiliki oleh Kemenperin, di mana mereka dapat berkonsultasi dalam pembuatan kemasan untuk produk-produknya. "Sehingga, para IKM kita bisa menembus pasar e-commerce," ujarnya. (p/ab)