Menperin Airlangga: Gunakan Bahan Baku Tenun Secara Swadaya

By Admin

nusakini.com--Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengimbau para perajin industri kecil dan menengah (IKM) tenun untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya alam sekitar baik yang di dapat dari kebun maupun pekarangan rumah. Tidak hanya digunakan sebagai bahan pendukung produksi, bahan di sekitar perajin dapat juga dikembangkan menjadi bahan baku utama, mulai dari kapas hingga bahan pewarna alami. 

“Upaya tersebut yang akan kami arahkan, penggunaan bahan baku produksi tenun secara swadaya,” tegas Menperin pada pembukaan“Pameran Wastra Tenun Nusantara” di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (9/8). Pameran yang diselenggarakan oleh Kemenperin bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) ini dibuka secara resmi oleh Ketua Umum Dekranas Mufidah Jusuf Kalla dengan dihadiri Pengurus Dekranas dan Ibu-ibu OASE Kabinet Kerja. 

Di samping itu, Kemenperin fokus mendorong pertumbuhan dan pengembangan IKM tenun di dalam negeri melalui berbagai pembinaan mulai dari bimbingan teknis, bantuan start-up mesin peralatan, pemberian dampingan tenaga ahli hingga pemasaran. 

“Kami juga menyarankan kepada perajin IKM tenun agar memanfaatkan peran Balai Besar Kemenperin untuk mencari solusi permasalahan pada produksi maupun dalam meningkatkan produktivitas melalui kegiatan penelitian dan pengembangan,” paparnya. 

Berbicara mengenai produk kerajinan wastra atau kain, di Indonesia terdapat dua produk unggulan yang dikenal hingga ke mancanegara, yaitu batik dan tenun. ”Kedua produk tersebut memiliki corak eksotik yang dapat memikat mata setiap orang,” ujar Airlangga. 

Selain batik, produk tenun juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap kinerja industri fesyen nasional. Pada tahun 2015, produk fesyen Indonesia telah berhasil memperoleh pangsa pasar yang besar di skala global dengan nilai ekspor mencapai USD 7,28 miliar. “Seiring teknologi pembuatan tenun yang sudah semakin baik, peluang pasar produknya akan kita dorong untuk bisa masuk ke pasar internasional,” lanjutnya. 

Menperin menjelaskan, tenun secara garis besar diciptakan dalam berbagai warna, corak dan ragam hias yang memiliki keterkaitan erat dengan kepercayaan, lingkungan alam serta menjadi bagian penting yang merepresentasikan budaya dan nilai sosial yang berkembang saat ini. ”Dalam segi fungsi, tenun memiliki beragam kegunaan antara lain, sebagai busana upacara adat, sebagai mahar dalam perkawinan maupun sebagai penunjuk status sosial,” ulasnya. 

Potensi tenun hingga kini telah tersebar hampir merata di seluruh wilayah di Indonesia, mulai dari kain Tenun Ulos di Sumatera Utara; Tenun Troso di Jepara, Jawa Tengah; Tenun Endek di Bali hingga Tenun Rote di Nusa Tenggara Timur. ”Kreativitas para perajin tenun yang tersebar di seluruh nusantara dalam menghasilkan desain berciri khas menjadi suatu corak budaya,” kata Airlangga. 

Sementara itu, Mufidah menyampaikan, pembinaan IKM tenun bukanlah tanpa menemui kendala, adanya serbuan produk impor ilegal dan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi tantangan bagi IKM tenun di Indonesia. “Upaya perlindungan terhadap IKM tenun akan mampu melestarikan budaya kita dan tenun merupakan produk warisan budaya yang potensial dikembangkan ke depannya. Untuk itu, harus terus diperhatikan, terutama pembinaan melalui regenerasi perajin,” ujarnya. (p/ab)