Menlu RI Dorong Penyelesaian Permasalahan Pengantin Pesanan dengan RRT

By Abdi Satria


nusakini.com-Bangkok-Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno L.P. Marsudi telah melakukan pertemuan bilateral dengan Wang Yi, State Councilor/Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Salah satu hal yang dibahas adalah mengenai upaya bersama antara Indonesia dan Tiongkok untuk menyelesaikan permasalahan pengantin pesanan (mail-order brides).​ 

Menlu Retno menekankan pentingnya isu tersebut dapat segera ditangani dan pencegahan dapat dilakukan sehingga tidak terjadi korban baru. Menlu Retno menyampaikan juga bahwa Menlu telah memanggil Duta Besar RRT di Jakarta dan Dubes RI Beijing juga telah bertemu dengan Dirjen Konsuler Kemlu RRT guna menyampaikan isu yang sama. 

“Saya baru saja bertemu dengan delapan korban perdagangan orang di Pontianak, Kalimantan. Para korban menyampaikan bahwa mereka direkruit oleh agen yang memberikan informasi palsu. Sebagian dari mereka mengalami kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual serta tidak diberikan makanan yang mencukupi." Demikain disampaikan Menlu Retno kepada Menlu Wang Yi. 

Sebagai upaya penyelesaian, Menlu Retno mengusulkan tiga hal: 

Pertama, agar 18 korban yang sudah berada di KBRI Beijing dapat segera difasilitasi pemulangannya. 

Kedua, pemrosesan dokumen legalisasi pernikahan campuran di Kedubes RRT dan juga di RRT dapat dilakukan dengan pemeriksaan yang lebih teliti. Hal ini juga telah dimintakan oleh Menlu Retno kepada otoritas di Indonesia. 

Ketiga, kerjasama untuk pemberantasan TPPO. Menlu Retno menyampaikan beberapa tersangka sudah ditangkap di Indonesia dan perlu kerjasama pemerintah RRT untuk dapat melakukan penegakan hukum untuk menangkap para agen yang beroperasi di RRT. 

Selain itu, kedua Menlu juga membahas beberapa isu lain, antara lain kerjasama Indo-Pacific dan situasi Laut China Selatan. 

Mengenai Indo-Pacific, Menlu Retno menekankan bahwa Outlook ASEAN mengenai Indo-Pacific merupakan cara pandang ASEAN bagi terus terciptanya perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pacific. Outlook menekankan pada sentralitas ASEAN; mengarusutamakan dialog dan kerjasama; serta meningkatkan kerjasama dengan menggunakan ASEAN-led mechanism. 

Mengenai Laut China Selatan, Indonesia kembali menekankan bahwa merupakan kepentingan bagi semua pihak untuk menjaga Laut China Selatan sebagai kawasan yang damai dan stabil. Untuk itu, diperlukan trust diantara semua negara. Trust hanya dapat tercipta jika semua pihak patuh pada hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982. (p/ab)