Menkeu: Komunikasi Publik Harus Humanis

By Admin

nusakini.com--Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya strategi komunikasi publik oleh pemerintah yang humanis untuk membangun kesadaran masyarakat dan pembentukan pendapat umum dan sikap publik.  

  Hal ini disampaikan Menkeu dalam sesi diskusi panel bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara dan sebagai moderator, Juru Bicara Presiden Johan Budi dengan tema “Strategi dan Tantangan Komunikasi Publik di Era Digital” di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (16/04).  

  Kendala komunikasi publik yang dialami oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam mengkomunikasikan kebijakan adalah menjelaskan peristilahan ekonomi dan fiskal yang bersifat teknis kepada masyarakat.   

  “Bagaimana mengkomunikasikan (kinerja pemerintah kepada masyarakat secara efektif). Kalau kita bicara tentang hanya angka saja, orang tidak akan tahu, bahkan kalau saya menggunakan hal-hal yang sifatnya teknis, APBN menggunakan I- Account, above the line, below the line, deficit, pajak, itu rumit. Terus akhirnya orang tidak mau lihat,” jelasnya. 

  Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat seperti memasukkan unsur human touch dan penggunaan bahasa yang sederhana dalam mengkomunikasikan kinerja Kemenkeu tersebut kepada masyarakat sehingga bisa lebih dipahami. Selain itu, pengemasan informasi dan penyajiannya kepada publik menjadi hal yang sangat penting agar mudah diterima dan dipahami.  

  “Oleh karena itu, (strategi komunikasi publik perlu) “human touch”, kita (perlu) memasukkan emosi di dalam cara kita berkomunikasi kepada mayarakat,” paparnya. 

  Selain itu, di era teknologi informasi yang sedemikian cepat dan dapat diperoleh dari berbagai sumber maka masyarakat tidak selalu mengandalkan informasi dari Pemerintah saja. Oleh karena itu, Pemerintah selaku pihak yang memiliki data dan informasi yang lebih reliable dan memadai seharusnya mampu mengemas informasi tersebut dalam membangun kesadaran dan mengedukasi masyarakat.    

“Di dalam suasana berita yang sekarang ini banyak hoax, masyarakat tidak lagi mendengar dan melihat dari sisi Pemerintah saja. Dia lebih cepat mendapatkan dari sisi Whatsapp. Jadi, persoalannya kita punya bahan baku yang bagus, bagaimana Anda mem-present-nya? Bahwa data saja tidak cukup untuk menyampaikan kinerja yang baik. Nah, persoalan sekarang adalah waktu kita memiliki begitu banyak materi yang bagus, tapi kita gagal menyampaikannya secara efektif, tidak hanya menarik tapi efektif,“ tambahnya. 

Menkeu menegaskan diperlukan strategi baru melalui pengemasan informasi yang tepat dan efektif yang mampu menghubungkan kehadiran peran negara dalam membantu masyarakat secara langsung. Misalnya menggunakan suara masyarakat sendiri yang telah merasakan manfaat kebijakan pemerintah tersebut selaku pihak-pihak yang menyuarakan keberhasilan kebijakan Pemerintah tersebut. 

“Kita cari siapa mereka (misalnya masyarakat yang sudah memperoleh manfaat Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Program Bidik Misi, dan suruh mereka cerita. Jadi, angka (keberhasilan ekonomi makro) itu dibikin hidup, di-connect dengan emosi masyarakat,” pungkas Menkeu. (p/ab)