Menelusuri Jejak Ulama Nusantara di Ujung Benua Afrika

By Admin

nusakini.com--Mengajarkan Islam dan perjuangan untuk membebaskan diri dari perbudakan, itulah yang telah dilakukan oleh para ulama dari Nusantara (Indonesia) saat diasingkan oleh Belanda di ujung selatan benua Afrika, yang sekarang dikenal dengan nama Cape Town.  

Tercatat sejumlah nama yang sampai sekarang masih dikenang sebagai ulama dan pejuang Islam dari Nusantara yang menyebarkan agama Islam di Afrika Selatan, mulai dari Syekh Abdurrahman Matebe Syah, yang dikenal dengan Orang Kayen (Orang Kayo) dari Sumatera Barat, Pangeran Cakraningrat IV dari Madura (Syekh Matura), Tuan Jalil Lalu Dea Koasa dan Tuan Ismail Lalu Dea Malela dari Sumbawa NTB, hingga yang paling terkenal Syekh Yusuf Al Makassari Al Bantani dari Makassar dan Tuan Guru Abdullah Kadi Abdussalam dari Tidore.  

Upaya untuk menelusuri jejak para ulama Nusantara tersebut dilakukan kembali oleh tim peneliti dari Balitbang & Diklat Kementerian Agama RI yang diundang langsung oleh MJC (Muslim Judicial Council) Afrika Selatan yang berpusat di Cape Town. Selain melakukan penelitian, tim dari Kemenag juga melakukan serangkaian seminar di beberapa tempat di Cape Town untuk membahas mengenai pendidikan Islam dan peran ulama dari Nusantara di Afrika Selatan. 

Hal tersebut terungkap pada saat tim Kemenag dan MJC melakukan silaturahmi dengan Konsul Jenderal RI Cape Town, belum lama ini. Tim Kemenag dipimpin oleh Kepala Balitbang & Diklat, Prof. Abdurrahman Mas'ud, PhD sedangkan dari MJC dipimpin oleh Deputy Presiden, Syekh Riad Fataar. 

Penelusuran kembali peran ulama Nusantara tersebut merupakan salah satu bagian dari upaya mempromosikan Indonesia sebagai pusat dari Islam yang moderat kepada dunia internasional. Kepala Balitbang menyebutkan “Dalam waktu dekat pemerintah RI akan membangun Indonesia International Islamic University (IIIU), agar masyarakat internasional dapat mempelajari Islam moderat dari Indonesia" ungkap Prof. Mas'ud. 

Selain kunjungan dari instansi pemerintah seperti Kemenag, hubungan kedua negara telah terjalin baik pada tingkat people to people contact, antara lain dengan adanya hubungan kerjasama antara Ormas atau lembaga di Indonesia (seperti NU dan sejumlah universitas) dengan lembaga di Afrika Selatan, termasuk dengan MJC dan IPSA (International Peace College South Africa). 

Sementara itu Konjen RI menyambut positif hal tersebut. "KJRI akan senantiasa membantu dan mendorong agar hubungan people to people contact tersebut dapat terus dilanjutkan, termasuk sejumlah penelitian yang telah dimulai oleh beberapa peneliti baik dari Indonesia maupun dari Afrika Selatan" ujar Konjen Krishna Adi Poetranto.​ (p/ab)