Mendagri: Hubungan Kerjasama Indonesia dan Thailand Terjalin Cukup Lama

By Admin

nusakini.com--Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menghadiri peringatan Hari Nasional Thailand di Hotel The Westin, Jakarta, Selasa (5/12) malam. Atas nama pemerintah Indonesia dan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), Mendagri menyampaikan selamat dalam rangka Hari Nasional Thailand. 

“Dengan doa dan harapan seluruh masyarakat Indonesia agar Kerajaan Thailand dan segenap masyarakat di Thailand diberikan kekuatan kesuksesan dalam upaya membangun bangsa ke depan,” kata Tjahjo dalam sambutannya. 

Hubungan kerjasama Indonesia dan Thailand telah terjalin cukup lama. Saling menghormati, saling menghargai akan nilai-nilai budaya serta kerjasama di bidang politik. Tidak hanya membangun kedua negara dan Asia Tenggara semata. 

“Thailand dan Indonesia sepakat bersama-sama dengan negara lain, membuat suasana dunia ini semakin tenang, semakin tenteram, semakin demokratis dalam menentukan segala sikap, gelagat perkembangan yang ada,” ujar Mendagri. 

Kerjasama tidak hanya berkaitan dengan budaya dan politik. Penting juga kerjasama di bidang pertahanan. “Kami juga mengajak semua negara sahabat yang ada di dunia ini, untuk berani menentukan sikap siapa kawan dan siapa lawan terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh dunia ini yaitu kita melawan ancaman-ancaman terorisme yang sekarang ini harus kita cermati, harus kita waspadai di dunia ini,” tegas Tjahjo. 

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Thailand untuk Indonesia, Pitchayaphant Charnbhumidol menuturkan, hari ini sangat penting bagi seluruh masyarakat Thailand. “Hari ini adalah hari memperingati hari ulang tahun mendiang Raja Bhumibol Adulyadej yang dianggap ayah oleh seluruh masyarakat Thailand,” ungkap Pitchayaphant. 

Selama 70 tahun sebagai Raja, menurut Pitchayaphant, Raja Bhumibol Adulyadej tidak kenal lelah bekerja untuk memberi manfaat dan kebahagiaan masyarakat Thailand. “Beliau pergi ke daerah terpencil yang paling miskin di Thailand untuk menyelesaikan masalah-masalah masy setempat dan meningkatkan kondisi kehidupan melalui pembangunan yang berkelanjutan,” ucapnya. 

Raja Bhumibol Adulyadej menginisiasikan dan mendukung lebih dari 4.000 proyek pembangunan. Proyek-proyek tersebut berkaitan dengan perkembangan air dan tanah, agrikultur, kesehatan serta ekonomi alternatif untuk pembangunan komunitas. 

“Mendiang Raja memiliki visi yang jauh ke depan dibandingkan semasa beliau hidup. Ketika dunia saat ini fokus pada tujuan pemb berkelanjutan (SDGs), beliau telah melakukan hal tersebut sejak 30 tahun yang lalu,” imbuh Pitchayaphant. 

Raja Bhumibol Adulyadej menciptakan filosofi ekonomi berkecukupan atau Sufficiency Economy Philosophy (SEP) untuk membantu masyarakat. SEP memfokuskan keberkecukupan dan rasional untuk menjalankan kehidupan berkelanjutan dan bertahan dari tantangan-tantangan ekseternal akibat globalisasi. 

“Sekarang SEP dianggap secara inernasional sebagai model alternatif untuk pembangunan berkelanjutan dan diterapkan secara luas di Thailand dan berbagai negara,” jelas Pitchayaphant. 

Raja Bhumibol Adulyadej adalah orang pertama yang menarik perhatian dunia untuk masalah tanah. sebagai tantangan yang penting dalam perkembangan agrikultur nasional dan global serta keamanan makanan. 

“Pada 2014, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyadari kontribusi dari beliau dan menentukan tanggal 5 Desember sebagai Hari Tanah Dunia. Hal-hal tersebut adalah alasan beliau dianggap sebagai Bapak Bangsa,” kata Pitchayaphant. 

Oleh karena itulah, hari ini masyarakat Thailand menghormati Raja Bhumibol Adulyadej yang telah mangkat. “Dedikasi dan pembaktian demi Thailand yang lebih baik akan diingat serta dihargai selamanya,” ujar Pitchayaphant. 

Indonesia dan Thailand memiliki hubungan yang dekat dan lama. Indonesia adalah salah satu kelompok negara pertama yang dikunjungi Raja Bhumibol Adulyadej atau raja kesembilan beserta istri pada awal tahun 1960. 

“Raja sekarang, Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun atau raja kesepuluh telah mengunjungi Indonesia secara formal pada tahun 1986. Selama 67 tahun untuk ikatan diplomat, hubungan bilateral antara dua negara berkembang dan meningkat,” tandasnya. (p/ab)