Menag: Rekam Jejak KH Wildan Patut Diteladani

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim mengatakan Haul sebenarnya tidak semata mengenang dan mendoakan mereka yang telah wafat. Peringatan Haul lebih diperuntukan bagi mereka yang masih hidup untuk mengemban amanah, sebagai hamba Allah dan khalifah yang berkewajiban menebar rahmat bagi alam semesta dan makluk hidup di dalamnya. 

Selaku Menteri Agama dan atas nama pribadi, Menag Lukman Hakim menghaturkan rasa syukur dan apresiasi kepada keluarga besar Almaghfurlah KH Muhammad Wildan Abdulchamid yang mengadakan haul, termasuk dukungan banyak pihak. 

"Malam ini kita bisa berkumpul tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada para guru sekaligus menjadi ajang silaratahim. Tentu harapannya kita mampu melanjutkan apa yang selama ini diajarkan oleh para guru dan pendahulu kita," ujar Menag Lukman dalam sambutannya di Haul ke 2 KH Muhammad Wildan Abdulachamid di Ponpes Raudhatul Muta'allimin di Jalan Habibroyo, Pegulon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Jumat malam (20/04). 

Tampak hadir dalam Haul yang dihadiri seribuan masyarakat Kendal tersebut, KH A Mustafa Bisri, Kepala Kanwil Jateng, Ketua MUI, Rektor UIN Walisongo, Bupati dan Wakil Bupati Kendal,para alim ulama dan habaib. 

Menurut Menag Haul ke-2 KH Muhammad Wildan Abdulchamid yang bersamaan dengan Haul KH Abdulchamid (Mbah Hamid) dan KH Achmad Abdulchamid (Kakak KH Wildan) juga memperingati rekam jejak tiga tokoh besar dengan sejarah memukau di zamannya. 

"Rekam jejak dari sejarah tiga sosok besar ini tidak hanya wajib kita ketahui, melainkan wajib kita teladani dan mengikuti seluruh kebajikan amalan yang telah diajarkan sehingga kita sebagai murid dan penerus mampu merawat tradisi baik tersebut," ujar Menag. 

"Mereka bertiga para pendahulu kita saat ini sudah selesai. Mereka telah wafat dalam pengertian sudah menuntaskan kewajibanya sebagai hamba Allah dan khalifah," sambung Menag.  

Haul ke-2 KH Muhammad Wildan Abdulchamid diawali sekitar pukul 20.00 WIB dengan pembacaan tahlil dan zikir dari para santri. Dilanjutkan dengan pembacaan sejarah dari Almaghfurlah KH Muhammad Wildan Abdulchamid oleh pihak keluarga dan ditutup dengan tausiyah dan doa oleh KH A Mustafa Bisri. (p/ab)