Menag : Pendidikan Sarana untuk Jaga Kewarasan Bangsa

By Admin


nusakini.com-Sentul -Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menuturkan bahwa Pendidikan Islam memiliki peran penting untuk menjaga kewarasan bangsa. Ini disampaikan Menag untuk menjawab pertanyaan dari Praktisi Pendidikan Najelaa Shihab, yang hadir sebagai host pada acara Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), di Sentul, Bogor. 

  Sebelumnya, Najelaa bertanya tentang bagaimana sikap Kemenag terhadap lebih dari 51 juta generasi muda yang saat ini menempuh pendidikan di madrasah maupun pondok pesantren. “Artinya sekitar 20 persen penduduk Indonesia berada dalam tanggung jawab Kemenag. Apakah ini menjadi pekerjaan rumah bagi Kemenag atau bagaimana?” tanya Najelaa, Senin (21/01). 

Acara yang merupakan rangkaian kegiatan Rapat Pimpinan (Rapim) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tersebut, diikuti oleh sekitar 300an pejabat eselon II,III, dan IV di lingkungan Ditjen Pendis.  

Menag menyatakan bahwa pendidikan menjadi satu-satunya sarana agar seseorang memiliki cara pandang yang sehat dan waras. “Cara pandang kita itu dilatarbelakangi oleh nilai. Seluruh aktivitas kita dilatarbelakangi oleh nilai yang dianut. Nilai itu bisa didapat dari apa yang ditanamkan dari leluhur kita melalui tradisi, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah agama,” papar Menag.  

Hal kedua yang mempengaruhi cara pandang menurut Menag adalah wawasan pengetahuan. “Ketiga adalah setelah punya nilai, punya pengetahuan yang cukup, kemudian bagaimana dia mengejawantahkan pengetahuan tersebut. Mengaktualisasikan dalam bentuk perilaku,” kata Menag.  

Ketiga hal tersebut dapat dimiliki seseorang melalui proses pendidikan. Mengingat banyaknya peserta didik yang berada di bawah naungan Kemenag, maka Menag menyatakan bahwa Pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membangun peradaban bangsa.  

“Kita di Ditjen Pendidikan Islam sebenarnya tidak hanya sekedar berada di sini sebagai birokrat di Kementerian Agama. Kita di sini sebenarnya sedang membangun peradaban dunia, dengan cara membangun manusia,” tegas Menag.  

Ia pun mengimbau jajarannya di Ditjen Pendidikan Islam untuk menyadari peran tersebut. “Jangan menganggap peran ini hanya pekerjaan. Bila hanya itu, mesin bisa menggantikannya lebih baik. Tetapi saat ini yang sedang kita lakukan adalah membentuk manusia Indonesia,” tutur Menag.  

Sebelumnya, dalam laporannya, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menyampaikan bahwa di tahun 2019 pihaknya akan meningkatkan kualitas madrasah, pesantren, maupun Perguruan Tinggi Keagamaan Isam (PTKI). Ia pun menuturkan, bahwa prinsip moderasi beragama akan berusaha diwujudkan dalam kurikulum yang ada di madrasah, pondok pesantren, maupun PTKI.(p/ab)