Menag: Narasi Tunggal Pancasila Perlu Dikemas Dengan Konteks Kekinian

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukmam Hakim Saifuddin mengatakan, perlu dirumuskan narasi tunggal Pancasila untuk keperluan materi (content) tentang Pancasila yang akan disebarluaskan melalui media sosial. Menurut Menag, narasi tunggal tersebut perlu dijabarkan dalam konteks kekinian. 

“Dahulu ketika masih ada penataran P4 atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, materi-materinya cukup baik, dan sekarang perlu dikemas kembali sesuai dengan zamannya,” ujar Menag saat membahas tentang desiminasi informasi terkait penguatan idiologi Pancasila bersama Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Jakarta, Selasa (17/04). 

Dikatakan Menag, yang maksud dengan narasi tunggal tentang Pancasila adalah misalnya; Pancasila dengan faktanya. Menurutnya, sebagai sebuah fakta itu harus dijelaskan, generasi saat ini karena mungkin keterbatasan informasi yang didapat, mereka nyaris tidak mengenal lagi fakta Pancasila dalam konteks Indonesia itu apa. Buku-buku pelajaran dan lainnya sudah semakin minim, penataran P4 tidak ada. 

“Untunglah pemerintah sekarang membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, dan karena ini masih baru maka perlu diagregasi semua pihak bagaimana menyebarluaskan narasi tunggal Pancasila dan Faktanya,” kata Menag. 

Selanjutnya, lanjut Menag, Pancasila dan fungsinya. Pancasila dan dalil nilai-nilainya. Misalnya, ucap Menag, ketuhanan, persatuan, keadilan dan musyawarah itu tentu dielaborasi dengan bahasa kekinian.   

Kemudian, Pancasila pengalaman dan mengamalkannya. Bagi Menag, ini juga penting, sebagai sebuah bangsa yang sebenarnya usianya tidak 72 tahun, tapi sebelum kemerdekaan, Bung Karno menggali Nusantara ini jauh sebelum Proklamasi, dan sejak ratusan lalu nilai-nilai Pancasila sudah hidup di Nusantara, apapun etnisnya dan di wilayah manapun. 

“Jadi pengalaman bangsa ini mengamalkan Pancasila ini perlu diangkat sehingga generasi muda kita ini cukup memahami Pancasila ini,” tandas Menag. 

Inilah, yang menurut Menag nanti perlu kerjasama dengan industri kreatif, kalangan seniman budayawan, karena konten sosial media tidak bisa tidak itulah yang mempengaruhi semua. 

“Kami di Kemenag bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, itu kemudian mendapati bahwa generasi milenial ini sumber informasinya dalam hal agama tidak lagi semata dari ulama, guru, orang tua tapi dari internet, itu menunjukkan semua kita tidak bisa melepaskan diri dari gadget ,” katanya. 

“Dan menurut saya, tidak hanya terkait agama, tapi hampir semua informasi di dapat dari internet. Betapa keterkaitan generasi muda terhadap alat ini luar biasa. Oleh karenanya, konten narasi tunggal Pancasila harus diformulasikan dalam bahasa kekinian,” lanjutnya. (p/ab)