nusakini.com-Jakarta- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi peran para sayyid dan habaib yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan, dalam penyebaran Islam di Indonesia dimulai pada abad ke 17. Menurutnya, banyak guru dan muballigh Indonesia yang lahir dari hasil didikan mereka.  

Menag mencontohkan kiprah Habib Ali bin Husin Alatas. Beliau dikenal sebagai, seorang guru yang tawadhu’ dan sederhana. Habib Ali berhasil melahirkan murid-murid yang menjadi ulama besar seperti KH Abdullah Sjafi’ie, pimpinan majelis taklim Ash Syafi’iyah, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Islam As- Syafi’iyyah. 

Murid lainnya adalah Kyai Haji Tohir Rohili, pimpinan majelis taklim At Tahiriyah, yang mendirikan Yayasan At Tahiriyyah. Termasuk juga KH Syafi’i Hadzami, dan puluhan ulama lainnya. 

"Intinya, dari para Habaib inilah, lahir guru dan mubaligh di seluruh wilayah di Indonesia," terang Menag saat memberikan sambutan pada Peringatan 90 Tahun Rabithah Alawiyah di Jakarta, Minggu (16/12). 

Hadir dalam kesempatan ini, Ketum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar Smith beserta jajarannya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, serta Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan dan para habaib.  

Umat Islam Indonesia juga Habib Ali bin Abdurrahman. Majelis Taklim Kwitang yang dibinanya bahkan dapat bertahan selama lebih dari satu abad, hingga sekarang. 

Habib Ali, atau lebih dikenal dengan Habib Kwitang ini, tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, berpolitik adu domba, iri, dengki, ghibah, fitnah dan namimah. Menurut Menag, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga Ahlul Bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka. 

Ada juga Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi yang buku Mauludnya Simtud Durar dibaca setiap malam Jumat di banyak tempat di Indonesia. Begitu juga dengan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dengan wirid dan ratibnya yang terkenal luas. 

"Habib Abdullah Alhadad juga menulis puluhan buku yang bahkan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang bertema spiritual Islam," jelas Menag. 

"Saya kira tidak ada keraguan sedikit pun bahwa golongan keturunan Arab sebagai bagian dari bangsa Indonesia memiliki peran dan sumbangsih yang besar dalam membangun rumah kebangsaan Indonesia. Golongan keturunan Arab memiliki andil dalam pembentukan nasionalisme Indonesia modern dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebudayaan, bahasa dan tradisi muslim di Nusantara sebagian merupakan hasil akulturasi dengan kebudayan dan tradisi yang berasal dari golongan keturunan Arab," tandasnya.(p/ab)