Membatik Bersama Perhimpunan Wanita di Berlin

By Abdi Satria


nusakini.com-Berlin-Sekitar 50 orang dari perhimpunan wanita yang tergabung dalam organisasi terbesar di Berlin, Willkommen in Berlin (WiB) hadir pada acara Batik Heritage yang diadakan di kediaman Dubes RI Berlin. Acara yang diselenggarakan atas kerja sama KBRI Berlin, DWP KBRI Berlin dan WiB ini diisi beberapa kegiatan, antara lain presentasi mengenai batik, praktek membatik serta peragaan memakai kain dan sarung batik. 

Presentasi batik oleh Muhammad Nauval dari Sanggar Batik Komar memperkenalkan dua jenis teknik membatik yaitu batik jumputan dan batik tulis. Nauval menyebutkan bahwa salah satu yang menjadi ciri dalam membatik adalah penggunaan hot wax. “Jadi kalo tidak pakai hot wax itu bukan membatik namanya", jelas Nauval. 

Sementara itu, Sartika Oegroseno, istri Dubes RI untuk Jerman, saat membuka acara menjelaskan bahwa batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada tahun 2009. Bangsa Indonesia kemudian memperingati tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. “Anda akan bisa lihat semua orang pakai batik pada tanggal tersebut. Kalau tidak percaya, silahkan anda berkunjung ke Indonesia tanggal 2 Oktober", jelas Sartika sambil tersenyum yang kemudian sontak mengundang riuh para peserta.   

Dr. Gundula Beyer-Zouboulis, Presiden WiB memberikan apresiasi atas inisitiatif DWP KBRI Berlin menyelenggarakan acara Batik Heritage ini. Ia menyebutkan bahwa meskipun relatif baru bergabung dalam WiB, namun Ibu Sartika sangat aktif. “Kami sangat senang dan antusias untuk hadir pada acara ini. Kami yakin ini akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan memberikan pengetahuan baru bagi kami anggota WIB" tutur Ms. Gundula. 

Usai seminar, para peserta pun diajak langsung mempraktikan cara membatik. Sesi praktik membatik yang dipandu Epi Gunawan dari Sanggar Batik Barli, dibagi dua sesi yaitu sesi praktik untuk batik jumputan dan batik tulis. Para peserta diberi kebebasan untuk memilih corak dan warna batik yang akan dibuat. Walhasil, banyak peserta yang kagum dengan hasil karyanya sendiri. 

“Seru dan menyenangkan", komentar salah seorang peserta. Apalagi untuk batik jumputan yang selesai dalam waktu kurang dari sepuluh menit. “Setiap kita memilih teknik melipat dan warna yang berbeda. Hasilnya mengagumkan, semua bagus", tambah peserta lainya. Sebagian besar peserta, yang kurang lebih berasal dari 25 negara ini mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertama mereka belajar dan mempraktikan batik. 

Selesai membatik, para peserta juga menyaksikan cara memakai kain/sarung batik sebagai bagian dari busana yang simple tapi tetap menarik. Peragaan yang dipandu oleh beberapa pengurus DWP Berlin ini memperkenalkan lima teknik penggunaan kain batik. Masing-masing hanya butuh waktu kurang dari lima menit dan bisa dilakukan sendiri. Hal ini membuat kagum dan penasaran para peserta acara. 

Dubes RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno menyebutkan bahwa acara seminar dan praktik membatik ini adalah bagian dari upaya promosi Indonesia di Jerman. Mungkin beberapa orang sudah pernah mendengar tentang batik, tapi belum tentu mereka tau banyak tentang batik. Apalagi dengan langsung mempraktikan batik beberapa saat akan mengundang penasaran mereka untuk mengetahui batik lebih lanjut.

Harapan kita, ini tidak hanya akan menghargai batik sebagai bagian budaya Indonesia tetapi juga mereka akan tertarik berkunjung ke Indonesia. Hari kita adakan kegiatan untuk anggota persatuan wanita di Berlin. Dua hari hari ke depan kita juga akan lakukan hal yang sama untuk tur operator di Jerman dan pelajar di salah satu sekolah yang ada di Berlin. Dengan demikian pendekatan branding dan selling bagi Indonesia akan terwujud. 

Kegembiraan dan keseruan peserta tidak berakhir di situ. Mereka juga menyukai dan menikmati hidangan bakso dan siomay, khas Indonesia yang dihidangkan sebagai penutup acara tersebut. (p/ab)