Maksimalkan Pengabdian Masyarakat, Minako Sakai Usul PTKI Sinergi dengan LSM

By Admin


nusakini.com-Malang -Supaya program pengabdian masyarakat berjalan efektif dan aplikatif, perguruan tinggi keislaman diharapkan bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Ungkapan itu disampaikan Profesor University of New South Wales Canberra Minako Sakai saat mengisi sesi pertama International Conference on University Community Engagement di UIN Maulana Malik Ibrahim, Selasa (09/10).  

Dr Minako Sakai merupakan antropolog dalam kajian pembangunan dan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Ia menulis buku berjudul "Kacang Tidak Lupa Kulitnya". Buku yang ditulis berdasarkan hasil penelitiannya itu bercerita mengenai identitas suku Gumay, Islam, dan Merantau di Sumatra Selatan. Gumay adalah salah satu dari sejumlah kelompok etnik berbahasa Melayu yang tinggal di daratan tinggi Sumatra Selatan, yang tradisinya relatif belum diketahui dan dikenal masyarakat Indonesia secara baik.  

Minako mencoba membandingkan praktik program permberdayaan masyarakat di kampusnya dengan perguruan tinggi Islam di Indonesia. Kampusnya, tutur Minako, memberikan ruangan khusus untuk LSM dan memberikan keleluasaan bagi LSM tersebut untuk menggelar acara tahunan.  

“Kolaborasi sebisa langsung, supaya cara pemberdayaan bisa berjalan efektif,” ucapnya.  

Dengan begini, maka program pengabdian masyarakat bisa berjalan lebih efektif. Pasalnya, selama ini program pengabdian masyarakat kerap salah sasaran. Rencana pengabdian masyarakat kampus seringkali tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat sesungguhnya.  

Minako juga berpesan supaya kegiatan di masyarakat lebih bersifat praktikal. Produk praktik yang telihat bisa menularkan energi yang sama dengan lebih luas.  

“Saya memakai konsep dakwah bil hal. Jadi dakwah dengan kerja yang nyata," katanya.  

Minako sendiri menyadari bahwa implementasi pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi keislaman lebih sulit dijalankan. Hal ini tidak terlepas dari materi di dalam kampus-kampus Islam yang lebih menitikberatkan gagasan, seperti filsafat maupun kajian keislaman. Sementara program kampus-kampus umum unggulan lebih banyak menyentuh masyarakat secara tepat. Pada kampus-kampus tersebut, program studi kesehatan atau teknik lebih beroperasi optimal.  

“Temuan dalam bidang kesehatan dan insinyur bisa langsung diterapkan, namun filsafat dan lainnya agak jauh," paparnya.  

Namun, lanjut Minako, hal itu tidak lantas menutup PTKI untuk berkontribusi kepada masyarakat secara aktif. Program pengabdian yang lebih aplikatif bisa terwujud dengan melibatkan LSM dalam kegiatan seperti KKN.  “Kemungkinan konsep KKN bisa dikaitkan," paparnya. (p/ab)