Lintasi Jateng, Kirab Satu Negeri Mohon Restu Maimoen Zubair

By Admin


nusakini.com-Rembang – Kirab Satu Negeri (KSN) melintasi Jawa Tengah melalui perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur di Desa Temperak, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Senin (15/10). Sebelum melanjutkan perjalanan, pasukan KSN singgah di kediaman KH Maimoen Zubair guna meminta restu. 

Tiba di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, sekitar pukul 16.00, kirab yang dilakukan dengan mengibarkan 17 pataka atau bendera Merah Putih itu disambut oleh perintis dan pengasuh ponpes, KH Maimoen Zubair, Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen, sejumlah tokoh agama dan masyarakat setempat. Turut mengawal KSN, Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah Sholahuddin Aly, Kasatkorwil Banser Jateng Muchtar Makmun, dan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Rembang Hanies Cholil Barro. 

Salah satu pataka diserahterimakan Kasatkorwil Banser Jateng Muchtar Makmun kepada KH Maimoen sebagai simbol permohonan restu, atas kegiatan yang bertujuan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia merawat perbedaan, keberagaman dan perdamaian. 

Ulama kharismatik yang akrab disapa Mbah Maimoen, mengapresiasi kegiatan Banser tersebut. Kirab Satu Negeri dimulai serentak di Merauke Papua, Rote NTT, Miangas Sulawesi Utara, Nunukan Kalimantan Utara, dan Sabang Aceh tersebut sekaligus menjadi sarana perekat berbagai perbedaan di Indonesia 

“Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang aneh atau unik karena beragam perbedaan, dan hanya di Indonesia. Terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan semua itu adalah kekayaan kita,” jelasnya. 

Menurut Mbah Maimoen, gerakan oleh para pemuda Nahdlatul Ulama dari berbagai penjuru Tanah Air itu menunjukkan jika NU menjiwai negara dengan nilai-nilai keislaman. Gerakan Pemuda Ansor dan NU mampu mempersatukan umat Islam di Indonesia, satu bangsa, satu bahasa, dan satu Tanah Air Indonesia. 

“Saya ingin NU ada di mana-mana, di mana-mana ada NU. Selain itu semua juga satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu Tanah Air Indonesia, seperti yang telah diucapkan para pemuda Indonesia pada tahun 1928 silam,” harapnya. 

Pataka yang melintasi Rembang ini, sebelumnya diberangkatkan dari salah satu pulau terdepan Indonesia, yakni Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Kirab disambut dengan bendera merah putih sepanjang 1.000 meter yang dibentangkan dari gapura perbatasan Jatim-Jateng. Sebanyak 17 pataka diserahterimakan oleh peserta kirab dari Kabupaten Tuban Jawa Timur di kawasan tugu perbatasan dengan Jawa Tengah melalui prosesi apel. 

Ketua PC GP Ansor Kabupaten Rembang Hanies Cholil Barro’ mengatakan, KSM digelar secara serentak untuk menolak ancaman kedaulatan bangsa dari kelompok-kelompok yang ingin mengubah konsensus nasional, serta menamakan diri atas nama agama tertentu. 

“Konsensus nasional itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus kita jaga jangan terpecah karena kelompok-kelompok tertentu, apalagi yang mengatasnamakan kelompok agama yang dianggap menjadi rujukan, padahal ada yang lain,” katanya. 

Hanies menilai kelompok-kelompok itu tidak boleh dibiarkan berkembang, apalagi membawa nama agama. Sebab, bisa menjadi dasar konflik karena merasa besar dan benar dengan pemahaman yang beda serta sempit. 

“Kami ingin berikan inspirasi kepada dunia dengan keberagaman dan kebhinnekaan yang dimiliki, dengan segala perbedaan, Indonesia bisa damai. Indonesia bisa tenteram, bisa bersatu tidak ada gangguan, dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah yang satu suku dan agama, tetapi berperang hingga hari ini,” bebernya. 

Usai singgah di kediaman KH Maimoen Zubair, KSN selanjutnya menuju Pendapa Museum Kartini Rembang, kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri. Kemudian pada Selasa (16/10), KSN akan melintasi Kabupaten Pati, Jepara, Kudus, Demak, Semarang, dan Magelang menuju Yogyakarta. 

Kegiatan yang diikuti 1.945 peserta ini direncanakan berakhir di Yogyakarta pada 26 Oktober 2018, di mana akan digelar Apel Kebangsaan yang melibatkan sekitar 100.000 anggota Banser dan dihadiri Presiden RI Joko Widodo.(p/ab)