Langkah Strategis Kemnaker Percepat Penempatan Tenaga Kerja

By Admin

nusakini.com--Dalam rangka mempercepat penempatan tenaga kerja Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemnaker) mengambil langkah strategis melalui penandatanganan kerjasama lintas kementerian dan pameran kesempatan kerja atau Job Fair. Langkah ini dilakukan guna mewujudkan 2 juta penempatan tenaga kerja tiap tahunnya. 

Langkah ini didasari oleh kondisi angkatan kerja Indonesia yang belum terserap ke dunia kerja secara maksimal. Di sisi lain, angkatan kerja merupakan cerminan jumlah penduduk secara actual. Oleh karenanya, angkatan kerja harus disiapkan sedemikian rupa agar dapat memberikan kontribusi terhadap produksi barang dan jasa di suatu wilayah/negara. 

Berdasarkan berita resmi Badan Pusat Statistik (BPS), Pada Februari 2016 terdapat 127.7 juta orang angkatan kerja, terdiri dari 120,7 juta orang penduduk bekerja dan 7,0 juta orang penganggur atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,50 persen, jika dibandingkan kondisi setahun yang lalu (Februari 2015) TPT mengalami penurunan sebesar 0,31 persen. 

Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi (9,84 persen), disusul oleh TPT Diploma I/II/III (7,22 persen). Sementara tingkat pendidikan TPT terendah terdapat pada jenjang pendidikan SD ke bawah, yaitu 3,44 persen. Hal ini dikarenakan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apapun, sementara mereka yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih pekerjaan yang sesuai. Apabila dibandingkan keadaan Februari 2015, TPT mengalami penurunan hampir pada setiap jenjang pendidikan kecuali pada tingkat pendidikan SMK (meningkat sebesar 0,79 persen) dan Universitas (meningkat sebesar 0,88 persen). 

Saat ini, 62 persen dari angkatan kerja di Indonesia adalah kelompok rentan yang berpendidikan SMP kebawah. Hal ini menunjukan adanya gap antara tenaga kerja skill dengan tenaga kerja unskill terlalu besar. Terlebih lagi kompetisi global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dimulai, yang berarti persaingan Sumber Daya Manusia (SDM) di kawasan Asia Tenggara semakin sengit. Hanya Negara yang memiliki produktivitas yang tinggi yang akan memenangkan persaingan, serta hanya negara yang memiliki SDM yang kompeten yang dapat mengoptimalkan seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh suatu bangsa. 

Oleh karena itu, melalui penandatanganan MoU sebagai salah satu rangkaian agenda Job Fair, Kemnaker ingin meningkatkan sinergi, efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan tugas bersama menjembatanai mengakselerasi antara masyarakat yang sudah memasuki pasar kerja dengan dunia industri. 

“Beberapa hal yang harus kita sepakati petama adalah komitmen dari dunia industri, semua ini kuncinya adalah industri. Yaitu kesiapan industri untuk membuka diri, memberikan informasi dan berpartisipasi, mewarnai program program pendidikan dan pelatihan sehingga program-program pendidikan dan pelatihan sesuai dengan formula untuk menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” ujar Sekretaris Jenderal Kemnaker RI, Abdul Wahab Bangkona, saat membuka acar Job Fair Kemnaker RI di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Jumat (23/9). 

Menurutnya, dengan keterbatasan pemerintah, dunia industri diharapkan bisa berpartisipasi dalam upaya mencetak tenaga kerja yang kompeten dan terampil dimasa yang akan datang. Di samping itu, pemerintah terus berupaya memaksimalkan tugas sebagai regulator dan fasilitator serta produsen utama dalam pengembangan, peningkatan dan pencetakan tenaga kerja terampil. 

“Untuk itu, pemerintah dan dunia industri harus membangun satu sistem untuk menjembatani antara pasar dan produksi. Sistem ini harus dipelihara dengan baik. Mudah-mudahan dengan pengoptimalan kerjasama lintas kementerian membawa kebaikan bersama terutama dalam konteks ketenagakerjan kita,” papar Wahab. 

Wahab menambahkan, acara Job Fair ini juga diikuti dengan pemberian penghargaan dari ISO untuk perusahaan dengan menajemen kerja yang baik. Selain itu, ada juga penghargaan bagi terhadap perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas. 

“Sebab dalam hal produktivitas, penyandang disabilitas mampu bersaing karena terbilang cukup bahkan sangat produktiv. Untuk itu, mereka juga harus kita bukakan ruang untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi pribadi-pribadi yang produktif,” papar Wahab. 

Sekjen Kemnaker mencontohkan, ada perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas tuna netra sebagai penyiar radio. Hal ini jelas memberikan kesempatan dan peluang tersendiri bagi penyandang disabilitas dalam dunia kerja. 

Namun demikian, Wahab tidak menampik masih adanya miss match dari penyelenggaraan beberapa agenda job fair baik dalam level kompetensi, timing perekrutan anatara jadwal perekrutan dengan kesiapan tenaga kerja, maupun lokasi dan ketersediaannya. Hal ini jelas menjadi PR bersama untuk menyelesaikannya. (p/ab)