KJRI Toronto Galakkan Ekspansi Pasar bagi Produsen Makanan Indonesia

By Admin

nusakini.com--Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, Ph.D., melakukan temu diskusi dengan importir dan distributor produk makanan Indonesia terbesar di Kanada, Oey Trading Co, di Toronto, Kanada, akhir pekan lalu.

Konjen RI Toronto menyampaikan harapannya untuk dapat meningkatkan volume ekspor produk makanan Indonesia di wilayah kerja melalui food retail industry di Kanada. Kepada Konjen RI Toronto, pemilik Oey Trading Co., Joe dan Elke Oey, menjelaskan secara detil mengenai clientele, market demand, taktik pemasaran serta berbagai isu yang sering dihadapi oleh para importir, distributor serta produsen produk makanan Indonesia. 

Sejak beroperasi pada tahun 1985, fokus penjualan Oey Trading Co. dititikberatkan pada bumbu instan, makanan dan minuman kemasan, condiments serta beraneka ragam makanan kering. Adapun clientele utama Oey Trading Co., selain rumah tangga Indonesia, adalah supermarket chains, ethnic food retailers dan berbagai restoran Asia di wilayah Greater Toronto Area (GTA).

Produk-produk yang diimpor pun disesuaikan dengan selera pasar dan permintaan klien, khususnya para food retailers seperti Loblaws dan T&T. Di beberapa kesempatan, Joe dan Elke Oey juga memperhatikan permintaan dari local individual buyers, yang mayoritas pernah berkunjung ke Indonesia. 

Produk-produk Indonesia yang banyak diminati oleh pasar Kanada adalah produk mie instan, bumbu instan, minuman kemasan, produk kacang kering, kerupuk, kecap serta sambal. Adapun merek-merek yang paling populer di Kanada saat ini adalah Indofood, Garuda, Kecap ABC dan Kecap Bango. Produk-produk ini dipromosikan diantaranya melalui pengenalan resep masakan Indonesia di website perusahaan, demo masak di berbagai supermarket, serta chef training bagi berbagai restoran Asia, yang dianggap sebagai strategi pemasaran yang sangat efektif. 

Joe Oey menuturkan bahwa sebagai importir dan distributor, pihaknya kerap menghadapi tantangan tidak hanya dari produsen makanan Indonesia, tapi juga dari sisi food retailers di Kanada. Dalam proses impor, misalnya, mereka seringkali terpaksa menanggung biaya Bill of Lading yang seharusnya dikeluarkan oleh exportir di Indonesia.

Disamping itu, banyak produsen di Indonesia tidak dapat menyanggupi permintaan dalam volume besar. Harga produk makanan Indonesia pun kadang tidak stabil sehingga mempengaruhi profit margin yang telah disepakati dengan pihak supermarket. Di saat yang sama, food retailers besar seperti Loblaws dan Walmart menuntut turnover yang cepat untuk stok produk yang dijual di jaringan supermarketnya. 

Meskipun banyak menemui tantangan, Joe dan Elke Oey tetap merasa optimis bahwa produk Indonesia mampu bersaing di pasar Kanada. Dalam hal ini, mereka menyarankan agar calon eksportir menargetkan penetrasi lebih lanjut melalui non-mainstream supermarkets yang lebih banyak memasarkan produk-produk makanan etnis. ​(p/ab)