Kisah Inspiratif Fitri Ritama: "Aku Anak Keluarga PKH, Sekarang Jadi Pendamping PKH"

By Admin


Oleh: Fitri Ritama, Pendamping PKH Kota Palembang  

nusakini.com - Nama aku Fitri Ritama (21th). Aku merupakan salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) asal Kelurahan Bagus Kuning, Kecamatan Plaju Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Ibuku bernama Rahma (46th) dan ayah aku Tamrin (50th). Ibu aku menjadi peserta PKH sejak tahun 2007 dan juga merupakan ketua kelompok PKH di Kelurahanku.

Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Adik Aku M. Irhantara (17th), ia sekarang kelas 3 SMA. Adikku yang kedua bernama Beby Cassandra (8th), ia sekarang kelas 3 SD. Ibu ku sangat menginginkan anak-anaknya untuk terus melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Ibu dan ayahku berharap agar kami kelak menjadi anak yang sukses.

“Walaupun aku dan ayahmu hanya tamat SMA dan berpenghasilan seadanya, tetapi aku ingin agar anak-anak bisa berpendidikan hingga kuliah,” kata Ibuku.

Duka Menjadi Anak KPM

Dalam setiap kehidupan tentunya memilki suka dan duka tersendiri. Setiap orang memiliki suka duka yang berbeda-beda. Begitu juga aku, aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana dengan ekonomi yang terbatas. Meskipun begitu ayah dan ibuku selalu berusaha agar tetap menghidupiku dan kedua adikku.

Salah satu cara memenuhi kehidupan sehari-hari, ibuku menganyam keranjang/tas yang biasa disebut dengan sangkek (sebutan di daerahku).

Tas itu dianyam menggunakan tali meiwa, tali tersebut merupakan tali bekas yang masih layak pakai yang dikumpulkan ayahku di daerah pasar 16 ilir. Tas tersebut biasa nya dijual dengan cara di titipkan ke toko-toko dibeberapa pasar dengan harga antara Rp 4.000 - Rp 20.000 tergantung ukuran.

Ayahku hanya seorang buruh harian dengan sistem kerja sementara seperti collector di salah satu cash and credit. Saat itu ayahku diberikan tanggung jawab untuk mengambil tagihan di daerah pedesaan dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Disana Aku merasa betapa letihnya ayahku mencari nafkah untuk keluarganya.

Namun, untungnya program PKH memberikan kami bantuan berupa dana tunai yang dahulunya di ambil dari Kantor Pos. Uang tersebut bisa menjadi uang tambahan untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk membeli perlengkapan sekolah.

Sekarang ayahku juga mulai bekerja menjadi buruh bangunan di daerah dekat rumah yang masih mudah dijangkau.

Ekonomi Terbatas Bukan Alasan Untuk Tidak Melanjutkan Pendidikan

Keluarga yang tidak mampu bukanlah keluarga yang tidak pantas untuk menyekolahkan anaknya hingga kuliah. Ada banyak orang yang bilang seperti ini “eh kok dia bisa kuliah ya? Padahal kan orang tuanya tidak mampu”. Mengapa masih banyak orang yang sering berkata demikian? Menurutku hal ini terjadi karena orang tersebut belum memahami betapa pentingnya pendidikan dan bagaimana agar terus melanjutkan pendidikan dengan ekonomi yang terbatas. Setahuku pemerintah telah mengadakan beberapa sistem atau program sekolah gratis bahkan hingga kuliah gratis.

Aku merupakan lulusan SMA Sriguna PLG tahun 2014. Setelah lulus, ibuku bersikeras menginginkan agar aku melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Awalnya aku berfikir masuk PTN itu sulit. Namun, Alhamdulillah aku lulus di Politeknik Negeri Sriwijaya melalui jalur PMDK di jurusan Bahasa Inggris.

Tanpa diduga keberuntungan menghampiriku, dihari pertama kuliah aku di wawancara sebagai calon mahasiswa Bidikmisi tambahan. Sebenarnya Aku tidak mendaftar sebagai mahasiswa Bidikmisi, pihak Polsri melihat kondisi ekonomi aku sehingga aku dicalonkan sebagai Bidikmisi tambahan.

Atas kehendak Allah S.W.T aku pun berkuliah dalam tanpa bayar uang semester, justru aku mendapat uang saku dari Bidikmisi untuk biaya kuliah selama 3 tahun penuh. Meskipun aku kuliah dibiayai oleh pemerintah, teman-temanku tidak saling membeda-bedakan walaupun terkadang juga aku merasa bahwa kondisi ekonomi aku sangat jauh berbeda dengan mereka.

Teman-teman kuliahku rata-rata tidak mengetahui apa itu PKH. Saat kuberi tahu pun mereka juga tidak tahu karena mereka bilang didaerah mereka tidak ada PKH itu sendiri. Tapi setelah aku pikir-pikir wajar saja mereka tidak tahu karena lingkungan rumah temanku kebanyakan perumahan yang sudah mampu.

P2K2 Mengajarkan Cara Mengelola Keuangan dan Pengasuhan Terbaik Bagi Anak

Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga (P2K2) atau dikenal dengan Family Development Seassion (FDS). Pertemuan FDS ini pernah dilangsungkan dirumahku bersama ibuku, yang dihadiri tetangga yang juga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan beberapa pendamping sosial.

Dalam FDS, pendamping PKH menyampaikan tentang pentingnya pendidikan, kesehatan, pengelolaan keuangan keluarga, cara mengasuh anak dan lain sebagainya.

Pendamping memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh KPM. Kebetulan saat FDS dirumah aku juga ikut mengikuti pertemuan tersebut, ada beberapa hal baru yang aku, ibuku, dan KPM dapatkan dari pertemuan tersebut. Dari segi pendidikan, KPM harus terus melanjutkan pendidikan anak-anak mereka bahkan hingga menuju perguruan tinggi dan pendamping sangat tidak menginginkan anak KPM sampai putus sekolah.

Dari segi kesehatan, pendamping menjelaskan mengenai pelayanan ibu hamil dan bersalin, pelayanan ibu nifas dan menyusui, pelayanan bayi dan remaja, prilaku hidup nersih dan sehat (PBHS). Dari segi ekonomi, KPM diajarkan agar hidup tidak boros yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan lebih dahulu daripada keinginan.

Selain itu, KPM juga dianjurkan untuk berwirausaha untuk menambah penghasilan sehari-hari. Lalu dalam hal mengasuh anak, pendamping memberikan beberapa materi seperti, memahami perilaku dan belajar anak usia dini, meningkatkan perilaku baik anak, bermain sebagai cara anak belajar, meningkatkan kemampuan bahasa anak, membantu anak sukses di sekolah, mencegah kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya.

Dari Anak KPM Menjadi SDM Merupakan Kebanggaan

Aku wisuda Diploma 3 pada September 2017. Setelah lulus aku mencoba memasukkan lamaran pekerjaan di berbagai macam instansi. Dari berbagai instansi tersebut hanya beberapa yang memberikan aku kesempatan untuk interview, ya walaupun setelah tahap interview aku tidak lulus.

Aku mulai berpikir betapa sulitnya mencari pekerjaan. Suatu hari temanku memberi informasi bahwa Kementerian Sosial membutuhkan banyak Pendamping PKH, aku langsung mendaftarkan melalui aplikasi online pada tanggal 11 Oktober 2017. Pengumuman hasil akhir pun lumayan lama, sehingga aku merasa sangat penasaran apa aku lulus apa tidak sebagai pendamping PKH.

Motivasiku mengikuti seleksi Pendamping PKH karena aku juga bisa menjadi perantara untuk mensejahterakan warga didaerahku khususnya KPM dampinganku.

Selain itu aku sudah tahu apa itu PKH, aku sudah lumayan mengetahui bagaimana cara kerja Pendamping melalui Pendamping ibuku, Mbak Novita Sari. Tanggal pengumuman telah tiba, aku dinyatakan lulus sebagai Pendamping PKH.

Mulai saat itu aku ingin sekali anak - anak dari KPM PKH bisa melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Aku akan mengabdi kepada nusa dan bangsa yang telah menghantarkanku sampai bisa bekerja menjadi Pendamping PKH.

(sumber: https://www.kemsos.go.id/artikel/aku-anak-keluarga-pkh-sekarang-jadi-pendamping-pkh)