Kisah Hidup dan Kesetiaan Nenek Diah

By Admin


nusakini.com - Perjalanan hidup Nenek Diah (80 an) adalah potret hidup kesetiaan seorang isteri mendampingi suami. Dengan segala kekurangan dan kelemahan fisiknya, Nenek Diah kini menjadi penopang keluarganya. Hanya memiliki 1 orang anak laki- laki itupun meninggal dunia ketika usianya baru 5 tahun.

Hidup berdua dengan suaminya, Dg. Majido (80.an) diatas rumah panggung yang reot berukuran 2 x 4 Meter. Kini, Dg. Majido tidak bisa lagi mengambil peran utama sebagai kepala keluarga dalam hal mencari nafkah. Kondisinya terbaring sakit karena mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya sejak setahun terakhir. 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- harinya, nenek Diah membantu nelayan kepiting rajungan di sekitaran tempat tinggalnya, dengan membersihkan jaring yang sudah tidak bisa di gunakan lagi. Diupah 15.000 per 12 ikat, setiap ikat panjangnya 20 Meter, jadi untuk mendapatkan upah 15.000 harus membersihkan jaring sepanjang 240 meter, biasanya dikerjakan hingga 3 hari lamanya, terkadang harus menahan kantuk di malam hari untuk menyelesaikan tugasnya. 

Harapannya hanya tentang kebutuhan hidup hari ini, tidak ada lagi mimpi tentang fasilitas hidup mewah di masa depan. Hidup berdua, Seolah mempasrahkan hidupnya kepada sang pencipta, kapan keputusan hidup itu berakhir, sembari menunggu uluran tangan para dermawan. Kini, Nenek Diah beralamat di RW 4, RT A, Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo Makassar. (ib/mk)