Ketika Cahaya Datang di Katikupelang

By Admin


nusakini.com-Sumba Timur-Alunan genderang bersahutan mengiringi tarian anak-anak Katikupelang, menyambut kehadiran kami malam itu. Riuh iramanya bak menyambut barisan pria berkuda dalam tradisi Pasola pada festival menunggang kuda, tradisi kebanggaan warga Pulau Sumba. 

Fitri Karanjangana (11 tahun), anak dengan senyum manis itu tampak asyik menari dan terus menghentangkan kaki, sedikit lebih menonjol di antara anak-anak lainnya karena lincah gerakannya. Sambil terus menari, tangannya erat memegang lampu surya yang baru saja dibagikan, sesekali diacungkannya ke atas lampu tersebut untuk memberi penerangan pada lainnya. 

Luapan kegembiraan warga Dusun Katikupelang, Desa Patawang, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur rasanya tak berlebihan, setelah sebelumnya hidup dalam gelap, kini warga dusun tersebut bisa menikmati cahaya lampu malam, berkat hadirnya LTSHE (Lampu Tenaga Surya Hemat Energi), bantuan Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 

Fitri pun terus menari dan bernyanyi mengikuti irama genderang dengan senyum manis tersungging sepanjang acara. Kini, di waktu malam ia dapat menikmati cahaya lampu di rumahnya di Dusun Katikupelang, satu-satunya dusun yang belum dialiri listrik di Desa Patawang. Bentang geografis yang sulit dan letak rumah yang terpisah jauh oleh bukit dan tebing menjadi kendala tersendiri mengalirkan listrik ke dusun tersebut.

Sebelumnya, Fitri yang merupakan murid kelas 6 SD Masehi Patawang itu tidak pernah melakukan aktivitas apapun di malam hari karena gelap dan kondisi jarak antar rumah warga yang berjauhan. "Senang sekali, sekarang sudah terang ada lampu bisa baca-baca pelajaran lagi, bisa belajar bersama kawan," ungkapnya.

Fitri yang memiliki hobby membaca buku itu merasa sangat terbantu dengan hadirnya lampu di rumahnya. "Saya suka sekali membaca, sebelumnya belajar pakai pelita, tapi kalau terlalu lama bisa sakit mata ini," katanya. Ia juga mengaku bisa semakin tenang belajar dengan hadirnya LTSHE di rumahnya. "Tidak susah lagi tambah minyak kalau mati pelita," lanjut Fitri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. 

Fitri dan sekitar 30 anak lain di Dusun Katikupelang harus berjalan kaki 3 hingga 6 km untuk mencapai sekolah mereka. Akses jalan dari Dusun Katikupelang menuju SD Masehi Patawang adalah tanah berbatu, sesekali melintasi aliran sungai kecil dan tebing yang cukup tinggi. Beberapa anak memilih tak beralas kaki saat bersekolah dan melakukan aktivitas lainnya. 

Sebanyak 80 paket LTSHE disampaikan bagi warga Dusun Ketikupelang. LTSHE bagi warga Ketikupelang ini merupakan bagian dari program nasional pembagian LTSHE dalam rangka memberikan penerangan bagi warga yang masih gelap gulita, dengan pembiayaan bersumber dari APBN Kementerian ESDM. (p/ab)