Ketahanan Pangan Indonesia Naik Signifikan

By Admin


nusakini.com - Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Gardjita Budi mengatakan, kondisi ketahanan pangan Indonesia sudah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Bila dilihat dari ukuran survey, perkembangan ketahanan pangan Indonesia termasuk yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain.

“Kalau menurut survey yaitu Global Food Security Index (GFSI) yang dirilis The Economist Intelligence Unit, kondisi ketahanan pangan kita meningkat tinggi dari peringkat ke 74 ke peringkat ke 71 dari 113 negara. Ini dilihat dari faktor ketersediaan pangannya dan faktor akses kemudahan masyarakat kepada pangan serta insident-insident kekurangan pangan berkurang,” jelas Budi dalam Puncak Gelar Pangan Nusantara, di Rumah Radakng, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (6/8/2016).

Namun Budi menegaskan, Indonesia tidak boleh lengah dengan membaiknya kondisi ini. Menurutnya, saat ini tuntutan masyarakat tidak hanya dari ketersediaan pangan saja, melainkan juga kualitas dan keamanan yang harus terjamin.

“Kalau kita bicara 10-20 tahun yang lalu, masyarakat tidak mempermasalahkan kualitas dan keamanan, asal ketersediaan ada. Contohnya beras, dulu ada beras miskin yang kualitasnya jelek ya dimakan juga, tapi kalau sekarang bila berasnya jelek sedikit saja, sudah diprotes oleh masyarakat. Jadi ini juga merupakan tantangan berat kita yaitu menjaga kualitas dan keamanan selain ketersedian yang terjamin,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Budi, tantangan terberat Indonesia adalah terkait pendistribusian mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan kepulauan. Karena kondisi inilah penyebab utama harga-harga pangan masih rentan melonjak.

“Ini yang harus kita efisiensikan. Memangkas rantai pasok memang langkah yang strategis, namun masih belum menjamin murahnya harga pangan kita. Oleh karena itu, langkah pengurangan rantai pasok ini harus diiringi langkah-langkah efisiensi selain petani terus berupaya meningkatkan produksinya,” terang Budi.

Budi menambahkan, yang tidak kalah pentingnya adalah disverifikasi pangan. Menurutnya, Indonesia harus melakukan disverifikasi pangan tidak hanya fokus pada makanan pokok tertentu saja, namun harus ada pengembangan keberagaman pangan.

“Contohnya beras, beras memang harus terus ditingkatkan, tetapi prevensi ke masyarakat harus diperkenalkan ke sumber-sumber karbohidrat yang lain. Dengan cara itu, konsumsi per kapita masyarakat seyogyanya juga harus diturunkan,” ujarnya.

Langkah kongrit yang dilakukan pemerintah adalah, terus dilakukan pengenalan-pengenalan kepada masyarakat betapa kayanya keanekaragaman pangan kita selama ini baik melalui pameran atau dengan cara lainnya.

“Contohnya ya acara Gelar Pangan Nusantara ini. Kita sudah melihat begitu banyaknya keanekaragaman pangan kita yang menjadi pilihan lain dalam mendapatkan karbohidrat, protein, vitamin dan lainnya,” pungkas Budi.(p/mk)