Kepala Desa Ujung Tombak Deteksi Dini

By Admin

nusakini.com--Sebagai unsur pemerintahan paling bawah, desa memegang peranan penting dalam menjamin stabilitas nasional. Sebab stabilitas di desa mempengaruhi stabilitas secara nasional. Karena itu, peran kepala desa tak boleh di remehkan. Mereka yang jadi ujung tombak dalam menjamin stabilitas. Termasuk ujung tombak dalam melakukan deteksi dini. 

" Kunci pembangunan itu stabilitas. Bapak dan ibu itu adalah ujung tombak dalam menciptakan stabilitas. Ujung tombak dalam deteksi dini," kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo di acara," Launching Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa," di Bandar Lampung, Rabu (18/7). 

Tapi Tjahjo mengingatkan, dalam melakukan deteksi dini, kepala desa tidak bisa bekerja sendirian. Ia ingatkan, ada unsur lain yang harus dilibatkan, mulai dari tokoh agama, adat, anggota Babinsa, Koramil dan Polsek. Libatkan dan ajak dialog. Intinya semua kekuatan harus bersinergi. Termasuk mengoptimalkan peran RT dan RW. Dan yang tak kalah penting, kepala desa harus paham situasi dan kondisi desa yang dipimpinnya. 

" Tolong cermati gelagat sekecil apapun. Petakan dengan baik, oh desa saya secara geografis masuknya apa, apa desa pegunungan, pantai. Apakah rawan bencana atau tidak, potensi tsunamikah, daerah gempakah atau tidak. Potensinya apa, sumber daya alam apa. Sumber daya manusianya apa saja. Siapa bertani, nelayan, siapa yang belum punya pekerjaan," kata Tjahjo. 

Menggiatkan deteksi dini, lanjut Tjahjo sangat penting, mengingatkan tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia kian mengkhawatirkan. Ancaman yang paling nyata adalah masalah radikalisme dan terorisme. Tjahjo minta Cermati itu. Sebab menangkal radikalisme dan terorisme bukan semata urusan polisi dan TNI. Tapi tanggung jawab semua elemen bangsa. Termasuk kepala desa. 

" Karena itu kepala desa dan perangkat harus paham situasi desa, misal kalau ada orang lain yang datang dan tinggal di rumah warga, harus tahu hubungannya apa. Bila mencurigkan koordinasi dengan Kapolsek dan Danramil. Karena itu saya minta pendataan dan Siskamling dihidupkan lagi. Kita tak tahu siapa kawan siapa lawan," katanya. 

Ia contohkan, kejadian penusukan di mesjid dekat Mabes Polri atau kasus teror bom di Surabaya yang melibatkan satu keluarga. Menurut Tjahjo, mungkin hanya di Indonesia, pelaku bom bunuh diri melibatkan satu keluarga. Karena itu ia minta kepala desa bisa awas mendeteksi setiap gelagat. 

" Ini tanggung jawab kita semua. Cermati ini. Bangsa ini bangsa yang baik. Ada ratusan warga ke Suriah balik lagi ke kita, masak kita tolak. Kita terima tapi di data dengan baik. Desanya di mana, rumah sendiri apa ikut orang tua dan aktivitasnya. Saya mohon kepala desa data dengan baik para pendatang. Koordinasi rutin dengan Babinsa dan Babinkantibmas," tutur Tjahjo. 

Intinya kata dia waspada. Tentu bukan mencurigai. Tapi waspada itu sangat perlu. Karena akan percuma saja, dana desa naik tiap tahun, tapi selalu muncul gejolak. 

" Ini bukan mencurigai warga, tapi hanya cermati jangan sampai terjadi sesuatu. Jangan sampai RT tidak tahu ada warga pendatang datang dari mana. Tolong yang paling bawah, jangan sibuk itung angka saja tapi cermati perubahan dan situasi," katanya. 

Ancaman lain, kata Tjahjo adalah masalah narkoba. Ini sudah sangat mengkhawatirkan. Sebab per hari 35 sampai 50 orang meninggal karena narkoba. Dari Aceh sampai Papua. Dari pakai lem sampai sabu. 

" Memang ada BNN, polisi juga punya tim. Begitu mudah narkoba masuk lewat pintu masuk di selundupkan. Tolong dicermati," katanya. (p/ab)