Kemiskinan di Perdesaan Malah Turun, Kenapa?

By Admin

Foto/Ilustrasi  

nusakini.com - Badan Pusat Statistik mencatat angka kemiskinan di Indonesia mengalami peningkatan per Maret 2017 menjadi 27,77 juta jiwa atau bertambah 6.900 orang dibanding September 2016.

Peningkatan angka kemiskinan tersebut terjadi di perkotaan, lantaran jumlah orang miskin di perdesaan turun 181,29 ribu orang menjadi 17,10 pada Maret 2017 dibandingkan September 2016.

"Artinya, ada perbaikan kemiskinan di perdesaan yang umumnya adalah masyarakat petani," ujar Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir, di Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Dengan demikian, katanya, kerja keras Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan kesejahteraan petani telah berbuah manis.

"Programnya selama ini, kan tidak hanya diarahkan pada peningkatan produksi guna mencapai swasembada. Tapi, ada juga program pemberdayaan untuk mensejahterakan petani," sambungnya.

Winarno kemudian mencontohkan dengan meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) 2017.

Misalnya pada bulan Juni 2017, NTP menembus 100,53 atau meningkat 0,38 poin dibanding Mei. "Sedangkan NTUP naik dari 109,15 pada Mei menjadi 109,59 pada Juni 2017," bebernya.

Begitu pun dengan tingkat ketimpangan (gini ratio) di perdesaan pada Maret 2017 sebesar 0,320. Padahal, setahun lalu mencapai 0,327.

Bila dilihat distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah di perdesaan sebesar 20,36 persen, juga menunjukkan kategori ketimpangan rendah.

Selanjutnya, dilihat dari indikator upah nominal harian buruh tani nasional Juni 2017 mencapai Rp49.912/hari (naik 0,26 persen) dibanding sebulan sebelumnya Rp49.782/hari.

"Ini merupakan informasi bagus dan menunjukkan satu indikator petani lebih sejahtera," ungkap Winarno.

Program Kementan

Sementara itu, Kepala Bidang Data Sosial Ekonomi Pusdatin Kementan, Lutful Hakim, menguraikan beberapa yang dibuat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.

Diantaranya, program pemberdayaan petani melalui pelatihan dan pendampingan, pengembangan kawasan rumah pangan lestari, perlindungan harga melalui penetapan harga atas dan harga bawah.

Lalu, serap gabah dan produk pangan strategis lain, kemitraan petani jagung dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), kemudahan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan asuransi usaha tani padi dan sapi.

"Kementan pun fokus pada memperpendek rantai pasok tata niaga pangan, membangun Toko Tani Indonesia (TTI), membentuk Satgas (Satuan Tugas) Pangan, dan lainnya," paparnya.

Peningkatan kesejahteraan petani tersebut juga terkait dengan lonjakan produksi yang dihasilkan melalui beberapa program Kementan lainnya. Contoh, perbaikan jaringan irigasi 3 juta hektar, bantuan alat mesin pertanian (alsintan) 80 ribu unit/tahun, bantuan benih unggul, subsidi pupuk, perluasan areal tanam, dan pola tanam jajar legowo.

Adapun capaian produksi sekarang, seperti padi, naik 11,7 persen atau 8,3 juta ton gabah kering giling (GKG) dan senilai Rp38,2 triliun rentan 2014-2016.

"Produksi jagung naik 4,2 juta ton atau 21,9 persen. Peningkatan produksi jagung ini setara Rp13,2 triliun," tandas Lutful.(p/mar)