nusakini.com-Kediri-Pertanaman cabai merah besar atau popular dikenal dengan nama cabe TW, dapat ditanam di lahan dataran rendah, medium hingga dataran tinggi. Varietas cabai TW yang banyak ditanam para petani diantaranya Imola, Gada, dan Tanjung. Pertanaman di dataran tinggi sebagian besar hanya mengandalkan tadah hujan sehingga saat musim kemarau banyak lahan cabai yang terkendala kekurangan air. Namun, bagi petani yang memiliki sarana irigasi seperti sprinkle masih tetap bisa menanam cabai meski memasuki musim kemarau. Terlebih untuk lahan yang berada di dataran rendah, produksi berlangsung relatif normal.

Ketua Paguyuban Petani Cabai di Kediri, Suyono, saat dihubungi (1/7) menyebut beberapa kawasan produksi cabai TW terutama di dataran tinggi, pertanaman cabai tampak layu karena kekurangan air. Menurutnya, untuk sentra produksi di dataran rendah, rata-rata sedang mulai belajar berbuah sehingga produksi masih sedikit. “Memasuki kemarau ini air memang menjadi kendala. Tapi jangan khawatir karena ini hanya sementara. Sekitar 2-3 minggu lagi sudah banyak cabai yang panen terutama di dataran rendah. Lagian itung-itung ini sebagai bonus untuk petani bisa menikmati harga yang membaik. Masih ingat kan pada awal tahun kemarin banyak petani yang menderita kerugian bahkan sampai harus utang sana sini gara-gara harga cabai sangat rendah,” ujar Suyono. “Secara umum, pasokan tetap terkendali. Untuk Jawa Timur banyak dipasok dari Kediri, Malang, Jember dan Banyuwangi. Khusus Blitar dikirim ke Pasar Induk di DKI Jakarta,” imbuhnya.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab menuturkan dari hasil pemantauan langsung lapang yang dilakukan pihaknya di beberapa sentra di pulau Jawa seperti Cianjur, Bandung, Garut, Sumedang, Sleman, Magelang, Kebumen, Kediri dan Blitar, umumnya pertanaman cabai di dataran tinggi tinggal 20-30% yang akan memasuki akhir panen, sedangkan pertanaman cabai di dataran rendah umumnya mulai belajar panen dan mulai panen normal 1-2 minggu ke depan. “Pasokan secara umum aman terkendali, tidak perlu ada spekulasi berlebihan dari para pedagang”, kata Ismail meyakinkan.

Aseng, petani cabai asal Sumedang Jawa Barat, dsat dikonfirmasi terpisah mengatakan pasokan cabai ke pasar-pasar induk Jabodetabek masih berjalan normal. “Minimal 10 ton per malam kami kirim ke Pasar Induk Jakarta. Untuk cabai keriting kebanyakan akan memasuki akhir panen sedangkan cabai rawit justru sebaliknya mulai panen, berbuah lebat dan tahan sampai akhir tahun”, kata Aseng. Menurut informasi yang dihimpunnya, harga di tingkat petani Sumedang untuk cabai keriting Rp.35.000,hingga Rp.38.000,- per kg dan cabai rawit merah Rp.25.000,- hingga Rp.27.000,- per kg. “Harga naik sekarang ini hanya sementara kok, setelah pertanaman cabai di dataran rendah mulai panen normal maka harga juga akan normal”, ungkap Aseng.

Hasil pemantauan lapang yang dilakukan champion cabai asal Bandung, Juhara, melaporkan luas tanam Cabe Besar di wilayah Bandung pada bulan Maret mencapai 200 ha, April 160 ha dan Mei 125 ha. Dari hasil penanaman tersebut diiperkirakan akan dipanen cabai besar 118 Ha pada bulan Juli dengan produksi 1.107 ton, sedangkan pada bulan Agustus panen 125 Ha dengan produksi 1.196 ton. “Alhamdulillah, pertanaman cabai di Kecamatan Pengalengan Bandung masih segar meski sudah masuk musim kemarau”, kata Juhara.(p/eg)