Kementan Ajak Petani Manfaatkan AUTP Sedari Awal

By Admin


nusakini.com - Lebak - Musim kemarau menyebabkan ribuan sawah mengalami puso. Hal ini turut dialami petani di Kabupaten Lebak. Mereka gagal panen dan hanya bisa meratapi sawah mereka yang kering. Padahal andai mereka ikut Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP), mereka tak perlu bersedih karena ada asuransi yang menangani.

Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, AUTP sangatlah penting bagi petani utamanya menghadapi musim kering seperti saat ini. Jadi sayang sekali jika petani tidak mau ikut dalam asuransi ini.

"Preminya murah karena dapat subsidi dari pemerintah. Hanya Rp36 ribu per hektare dari aslinya Rp180 ribu. Sayang sekali kalau petani tidak ikut karena jika mereka gagal panen, kan ada uang yang akan cair sebesar Rp 6 juta per hektare. Ini kan sangat membantu petani," ujar Sarwo di depan para petani di Desa Haurgajruk, Kecamatan Cipanas, Rabu (14/8).

Mendapati banyak petani Lebak yang belum ikut AUTP, Sarwo meminta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Dede Supriatna untuk rajin mensosialisasikan AUTP kepada para petani. "Tolong AUTP ini terus disosialisasikan kepada petani di sini karena sangat bermanfaat buat petani. Tolong ya Pak Kepala Dinas," kata Sarwo Edhy.

Menanggapi permintaan Dirjen PSP, Dede berjanji untuk lebih intens mensosialisasikan AUTP kepada para petani di Lebak. Ia mengakui masih banyak petani Lebak yang belum tergabung dalam asuransi pertanian yang bekerja sama dengan Jasindo itu. 

"Ya, ke depan kami berharap para petani di Lebak ikut semua dalam AUTP ini sehingga di saat musim kering dan gagal panen petani bisa mendapatkan manfaat dari AUTP ini," kata Dede.

Untuk lebih meningkatkan pelayanan dan sosialisasi AUTP kepada petani Lebak, Direktur Pembiayaan Kementan, Indah Megawati menyarankan agar Jasindo sebagai rekanan AUTP ini membuka anak cabang di Lebak

"Salah satu alasannya,selama ini kan kantor cabangnya baru ada di Serang. Jadi memang cukup jauh. Saya rasa kalau ada anak cabang di Lebak akan lebih mudah baik sosialisasi maupun pelayanan," kata Indah.

Pengajuan Klaim

Menurut Indah, jika petani atau kelompok tani yang di awal musim telah terdaftar dalam program AUTP bisa mengajukan klaim saat padinya puso atau gagal panen akibat bencana kekeringan. 

"Saat ini baru untuk komoditas padi. Klaimnya sebesar Rp 6 juta per hektare. Jadi sayang kalau petani di Lebak ini belum terdaftar dalam program AUTP ini," kata Indah.

Mengenai asuransi ini, lanjut Indah, untuk preminya dari Rp 180 ribu sebanyak 20 persennya ditanggung petani atau sebesar Rp 36 ribu. Sisanya disubsidi pemerintah. 

"Terkait musim kemarau, selain program AUTP, Kementan melalui Ditjen PSP telah melakukan berbagai usaha dalam mengatasi kekeringan," papar Sarwo.

Upaya penanggulangan gagal panen akibat bencana kekeringan ini sebenarnya sudah dilakukan. Seperti menginformasikan kepada para petani terkait iklim berdasar pantauan BMKG. Kemudian memberikan rekomendasi budidaya tanaman. Seperti penggunaan varietas toleran kekeringan. Selain itu, ditambahkannya, dengan meminta petani mengikuti pola tanam yang telah ditetapkan. Termasuk meminta petani untuk menggunakan pupuk organik. Sebab akan meningkatkan daya ikat air dalam tanah.

Sarwo Edhy mengatakan, guna mencegah semakin luasnya lahan pertanian yang terkena kekeringan dan puso, pemerintah telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, dari mulai pemerintah daerah dan TNI untuk memetakan kebutuhan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan pemanfaatan sumber air yang harus dibangun.

"Sekarang kita sudah banyak membangun sumber air. Baik itu sumur dangkal, embung, dan damparit. Kita juga telah melakukan program pompanisasi sehingga diharapkan kekeringan untuk tahun ini bisa teratasi," kata Sarwo Edhy.

Sementara itu ribuan hektare sawah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, kekeringan akibat kemarau panjang yang berlangsung sejak Juni 2019 yang menyebabkan debit air irigasi menurun drastis.

Berdasarkan data di Posko Kekeringan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, tercatat 2.247 hektare mengalami kekeringan. Dari total tersebut, sejumlah 1.538 hektare kategori ringan, 434 hektare kategori sedang dan sisanya 282 hektare berat. Sementara, angka tanam hingga Juli 2019 seluas 8.838 hektare. (eg)