Kemenperin Tawarkan Kawasan Industri Kaltara Kepada Investor Tiongkok

By Admin

nusakini.com--Kementerian Perindustrian menawarkan kawasan industri di Kalimantan Utara (Kaltara) kepada sejumlah investor Negeri Tirai Bambu untuk perluasan usahanya. Upaya ini merupakan kelanjutan kerja sama bisnis Indonesia-Tiongkok pada forum One Belt One Road (OBOR) beberapa waktu lalu. 

“Para investor Tiongkok telah menyatakan minatnya berinvestasi di Indonesia. Mereka dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan terutama hydropower dan geothermal. Kemudian juga ada perusahaan konservasi atau penyediaan air, selain sektor manufaktur," kata Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Imam Haryono di Jakarta.

Masuknya investasi Tiongkok ke Indonesia dinilai akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional khususnya sektor industri. "Kerja sama ini akan sama-sama menguntungkan. Mereka punya teknologi, capital dan network. Kita punya sumber daya alam, sumber daya manusia, lokasi dan domestik market. Ini kalau di-mix bagus," papar Imam. 

Menurut Imam, Kaltara merupakan wilayah pengembangan industri yang tertuang di dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035. Area yang disebut Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan ini memiliki luas sekitar 10 ribu hektare dan berpotensi menjadi pusat pengembangan industri pengolahan mineral, kelapa sawit, kakao, dan perikanan. 

“Di antaranya kami menawarkan kesempatan berinvestasi pada hydro power plant 7080 MW. Selanjutnya ada industrial park seluas 4.000 hektare pada tahap pertama. Kemudian zona smelter alumina dan industri aluminium seluas 100 Hektare. Yang terakhir, kawasan perumahan terintegrasi seluas 200 hektare,” sebutnya. 

Pembangunan kawasan tersebut diestimasi perlu membutuhkan investasi sebesar Rp21 triliun, yang akan didukung dengan infrastruktur memadai seperti pelabuhan, jalan, dan jembatan. Selain itu, kawasan yang ditargetkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 60 ribu orang ini rencananya dilengkapi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 7080 mega watt di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan dengan nilai investasi sekitar Rp170 triliun. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, lokasi Kaltara dinilai cukupstrategis karena terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakanlintasan laut perdagangan internasional serta berada pada kawasan pusat ekonomi dunia masa depandan langsung berhadapan dengan negara tetangga. Kawasan industri Tanah Kuningmemiliki beragam potensi sumber daya alam yang cukup melimpah khususnya energi terbarukan. 

Misalnya, untuk mineral dan energi, antara lain batu gamping (654 ribu ton di Malinau), pasir kuarsa (1 miliar ton di Nunukan), Sirtu (2,5 juta ton di Nunukan), batu bara (970 juta m3/tahun), dan emas. Sedangkan, untuk potensi perkebunan, meliputi kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, jagung, dan padi. Di samping itu, potensi alumina dan bauksit di pulau Kalimantan yang dapat dimanfaatkan secara optimal. 

“Kami mengapresiasi adanya kerja sama B to B (Business to Business) kedua negara, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendalaman struktur serta peningkatan daya saing industri nasional. Bahkan juga mampu memacu pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia,” paparnya. 

Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto menyampaikan, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi bagi Tiongkok. Apalagi, Indonesia termasuk 10 negara manufaktur terbesar dunia.

“Investasi merupakan salah satu instrumen yang berkontribusi sangat besar pada perekonomian nasional. Diharapkan, dengan terus meningkatnya investasi Tiongkok di Indonesia, akan pula membawa efek positif bagi peningkatan daya saing industri dalam negeri,” paparnya. 

Beberapa investasi Tiongkok di Indonesia yang sudah berjalan antara lain PT. Sulawesi Mining Investment yang bergerak pada bidang pertambangan nikel dengan kapasitas 300.00 ton per tahun dengan nilai invetasi sebesar USD 636 juta di Morowali Industrial Park, Sulawesi Tengah. PT. Sulawesi Mining Investment merupakan smelter nikel pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Arc Furnace Rotary Kiln. 

Selanjutnya, PT. Virtue dragon Nickel Industry yang bergerak di bidang pengolahan ferronikel di Konawe, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar USD 5 miliar dengan kapasitas 600.000 ton per tahun. 

“Ada juga, Anhui Conch Cement Company yang bergerak di bidang industri semen dengan total investasi sebesar USD 5,7 miliar dan kapasitas produksi sebesar 20 juta ton per tahun,” ungkap Harjanto. Di Indonesia, Anhui Conch Group akan membangun lima integrated plant dan satu grinding plant di Kalimantan Selatan, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua Barat. 

China Communications Constructions Company Ltd. (CCCC) akan turut pula berpartisipasi dalam kerja sama pengembangan kawasan industri di luar Pulau Jawa serta mampu menarik unit-unit usahanya untuk berinvestasi pada sektor manufaktur di Indonesia. 

“Pihak CCCC mengakui, Indonesia merupakan mitra potensi yang strategis bagi mereka terutama dalam pengembangan proyek infrastruktur, seperti pembangkit tenaga listrik, jembatan, dan jalur kereta api,” ungkap Harjanto. Salah satu unit usaha CCCC, yakni China Harbour telah menyatakan tertarik pada pengembangan kawasan industri di Kuala Tanjung dan kerja sama di sektor pelabuhan. 

Selain itu, terjadi komitmen investasi melalui penandatangan MoU antara Tsingshan Group dan Delong Group dengan PT Indonesia Morowali Industrial Park tentang kerja sama pembangunan pabrik carbon steel di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas mencapai 3,5 juta ton per tahun dan total nilai investasi sebesar USD980 juta. 

Kesepakatan lainnya, ditandatangani pula MoU antara Tsingshan Group dengan Bintang Delapan Group dan PT Indonesia Morowali Industrial Park tentang kerja sama pembangunan pembangkit tenaga listrik di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 700MW dan total nilai investasi sebesar USD650 juta. 

Kemudian, sejumlah investor Tiongkok yang tengah menjajaki peluang investasi di Indonesia, antara lain Zhengzhou Demeter New Energy Technology Co Ltd, Shandong Water Development Group Co Ltd, China Meheo, CEFC Beijing International Energy Company Limited, Jiangsu Boda Enviromental Protection Co Ltd, Beijing Huayou International Logistics & Engineering Service Co Ltd, dan Risen Energy Co Ltd. 

Selanjutnya, Beijing East Environment Energy Technology Co Ltd, China Power International Development Ltd, Guangdong Guanyeu Highway & Bridge Company Ltd, Louyang Yixin Enviromental Protection Technology Co Ltd, dan HenanRuyangTiancai Textile Co Ltd.(p/ab)