Kemenko Perekonomian Mengadakan Talking ASEAN: The Business Series

By Admin

nusakini.com--Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, The Habibie Center, BINUS University International, Indonesia Services Dialogue Council, dan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) menyelenggarakan Seminar Talking ASEAN: The Business Series dengan tema ASEAN @50:Making the AEC Work for the People di Graha Sawala, Gedung Ali Wardhana, Kamis (31/8).

  Acara ini bertujuan untuk mengkaji manfaat dari kemajuan integrasi ekonomi ASEAN bagi penduduknya; mengidentifikasi upaya untuk membuat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) lebih people-centered dan people-oriented; dan memfasilitasi diskusi di antara semua pemangku kepentingan terkait isu, tantangan, dan peluang MEA di tahun-tahun mendatang. 

  Keynote speech diberikan oleh Dr. Lukita Dinarsyah Tuwo (Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Diskusi panel Seminar ASEAN menghadirkan Dr. Rizal Affandi Lukman (Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia), Dr. Ponciano S.Intal (Senior Economist, Economic Research Institute for ASEAN and East Asia), Shinta Widjaja Kamdani (Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Dr. Suryani Sidik Motik (Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Enrico Pitono (CEO Matata Corporation UK Limited), Nora’in Ali (Head for Enterprise and Stakeholders Engagement Division, Sekretariat ASEAN) sebagai pembicara dengan Dr. Alexander C. Chandra (Associate Fellow, The Habibie Center) sebagai moderator. 

  Seminar ini merupakan acara khusus karena bertepatan dengan peringatan ulang tahun emas (50 tahun) ASEAN. Dimulai dengan hanya 5 negara dengan tujuan memanfaatkan kesamaan budaya dan menyelesaikan ketegangan politik di kawasan, ASEAN kini telah berevolusi menjadi kerja sama ekonomi 10 negara dan menjadi salah satu blok ekonomi terbesar di ASEAN sebagai kawasan ekonomi telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Untuk tahun 2016, PDB ASEAN mencapai USD 2,55 triliun dengan PDB per kapita mencapai hampir USD 4.000.  

  Perekonomian ASEAN merupakan terbesar ke-3 di Asia dan ke-6 di dunia dengan tingkat integrasi pasar yang maju. Dengan jumlah penduduk lebih dari 629 juta, ASEAN memiliki basis konsumen yang besar, hanya di belakang Tiongkok dan India. 

  Indonesia adalah perekonomian terbesar di ASEAN, mencapai 35% dari PDB ASEAN. Populasi Indonesia sebanyak 40% dari total populasi ASEAN dengan jumlah pekerja terbesar di ASEAN, sekitar 157 juta calon pekerja. Banyak dari calon pekerja ini masih muda dan ini bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan ASEAN di masa depan. 

  Seminar ini mengambil tema “Making AEC Work For The People” dan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menegaskan perekonomian inklusif. Upaya pemerintah tersebut tercermin dalam kebijakan reformasi ekonomi yang fokus pada 6 area yakni : i) memperbaiki iklim investasi; ii) meningkatkan daya saing industri; iii) meningkatkan efisiensi logistik; iv) mempromosikan sektor pariwisata; v) menstimulasi ekspor dan vi) memperkuat daya beli masyarakat.  

  Dampak positif dari kebijakan reformasi ekonomi tidak hanya tercermin dari solidnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun juga disertai perbaikan indikator sosial yakni penurunan tingkat kemiskinan absolut dan tingkat pengangguran. 

  Paket reformasi ekonomi yang dikombinasikan dengan konsep AEC telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah sektor pariwisata dimana 37% wisatawan internasional yang masuk ke Indonesia adalah turis ASEAN. Semakin banyak wisatawan ASEAN mengunjungi daerah lain di Indonesia selain Jawa dan Bali. Mereka mengunjungi Lombok di Nusa Tenggara Barat dan Manado di Sulawesi Utara. Kunjungan turis tersebut telah membantu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), yang merupakan tulang punggung industri pariwisata di wilayah tersebut. 

  Pemerintah Indonesia akan terus memperbaiki konektivitas, infrastruktur, dan logistik di banyak kawasan wisata seiring pemerintah telah meluncurkan 10 kawasan strategis untuk pariwisata nasional. Ada harapan yang tinggi bagi ASEAN untuk menjadi pelaku ekonomi utama di tingkat global. Untuk mencapai tujuan tersebut, ASEAN perlu menghadapi tantangan dan mengeksplorasi peluang yang ada, namun tetap relevan dengan penduduk ASEAN. 

Oleh karena itu, perlu semakin meningkatkan keterlibatan dan komunikasi antara ASEAN dengan pemangku kepentingannya, antara pemerintah dengan pengusaha agar MEA memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. (p/ab)