Kemenag Teliti Sejarah Kesultanan dan Sosial Keagamaan Bali

By Admin

nusakini.com--Kementerian Agama akan meneliti sejarah kesultanan dan sosial keagamaan masyarakat Bali. Penelitian ini tertuang dalam MoU antara Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang-Diklat Kemenag dengan dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar di Bali, kemarin.

Kepala Puslitbang LKKMO Muhammad Zain menilai Pulau Dewata, Bali, bukan saja elok dan eksotis, tetapi juga kaya akan dinamika sosial keagamaan, serta warisan budaya dan tradisi. Nilai moderasi agama yang tengah menjadi perhatian Kementerian Agama, dapat digali dari warisan sejarah sosial keagamaan Bali. Warisan itu bahkan menjadi identitas, jati diri, dan karakter bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Bali. 

Menurut Zain, ada banyak fokus kajian tentang Sejarah Sosial Keagamaan Islam di Bali, antara lain: asal usul dan sejarah masuknya Islam di Bali; Persentuhan Islam dengan Hindu dan sekaligus keterhubungan Islam di Bali dengan wilayah Nusantara lainnya dan Dunia Islam secara global. Fokus lainnya adalah situs keislaman dan jejak ulama dan habaib serta amalan, zikir, dan doa mereka. 

Di samping itu, fokus penelitian lainnya adalah cerita kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim berinteraksi dengan Hindu dan Buddha atau agama lainnya. “Juga moderasi agama yang dapat digali dari artefak dan manuskrip keagamaan Islam dan Hindu,” jelas M. Zain. 

M. Zain menyampaikan bahwa penelitian ini juga masih terkait dengan gagasan pendirian Pusat Manuskrip Keagamaan Nusantara. "Telusuri jejak sejarah hingga yang paling lama. Ibarat anak panah, jika tali busurnya semakin ditarik ke belakang, maka anak panahnya akan melesat jauh ke depan. Menurut para ahli, siapa yang memiliki sejarah, dialah yang akan menguasai masa depan, dan siapa yang memiliki kearifan lokal, dialah yang akan jadi pemenang di era globalisasi dan informasi sekarang ini," ujarnya. 

Kabid Litbang Khazanah Keagamaan, Yasin Rahmat Ansori, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi bagian langkah penyusunan database khazanah keagamaan Nusantara. Oleh karena itu, artefak dan tinggalan arkeologis, termasuk manuskrip keagamaan, serta adat istiadat, kearifan dan tradisi lokal, perlu diinventarisir dan dijadikan bahan kajian sejarah. 

Ketua STAI Denpasar, Jumari menyambut gembira kerjasama ini. Ia menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Puslitbang LKKMO, khususnya dalam penerjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Bali. 

Tampak hadir juga, Kabid Litbang Khazanah Keagamaan, peneliti Asep Saefullah, dan litkayasa Umi Kulsum. Dari STAI Denpasar, hadir juga Wakil Ketua I Bid. Akademik Achmad Qosim, dan sejumlah dosen serta tenaga administrasi. (p/ab)