Kemenag Kaji Draft Modul Moderasi Beragama Bagi Guru Madrasah

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Ikhtiar menggerakan moderasi beragama dilakukan hampir oleh seluruh satuan kerja Kementerian Agama, pusat hingga daerah. Salah satunya yang dilakukan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam.  

Bersama Tim Moderasi Beragama Ditjen Pendidikan Islam, Direktorat yang bertanggung jawab dalam pembinan guru dan tenaga pendidikan madrasah ini melakukan kajian atas draft Modul Moderasi Beragama yang telah disusu . Modul ini akan dijadikan pedoman guru dalam penerapan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan madrasah.  

“Berdasarkan beberapa survey dan riset yang dilakukan sejumlah lembaga, paparan paham radikal cukup mengkhawatirkan, sampai guru juga kena. Jangan sampai ini menjadi penyakit akut sehingga sulit untuk disembuhkan,” ujar Direktur GTK Madrasah, Suyitno, mengawali kajian yang berlangsung di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (25/06).  

Menurut Suyitno, implementasi modul moderasi beragama ini akan mengacu pada sistem Program Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB). Sistem ini dinilai efektif karena berjenjang sampai pada level madrasah.  

“Polanya persis seperti PPKB. Kita siapkan ToT untuk menjadi fasilitator nasional. Sehingga, program moderasi beragama bisa dirasakan sampai bawah,” tambah Suyitno.  

Dalam kajian itu, salah satu tim penyusun modul moderasi beragama, Muqowwim, menyampaikan materi tentang Living Moderate Islam Education in Madrasah. Ia mengatakan, prinsip moderasi beragama sudah ada sejak dulu, namun internalisasi value ajaran agamanya yang mulai melemah. 

“Yang dibutuhkan sekarang man of action bukan man of discussion. Guru harus dapat menjadi agen penyampaian nilai moderasi,” kata Muqowwim. 

“Negara dengan Indeks penerapan nilai-nilai Islami justru ditempati oleh negara-negara yang mayoritas bukan beragama Islam. Posisi pertama Selandia Baru, Indonesia malah masih berada di posisi 140,” sambungnya mengutip hasil penelitian Jaser Auda yang salah satu simpulan adalah bahwa nilai ajaran Islam belum membumi. 

Kasubdit Bina GTK MA/MAK Kastolan berharap konsep modul moderasi beragama dapat disinergikan dengan kurikulum. “Sebab konten moderasi juga beririsan dengan kurikulum. Seperti internalisasi nilai agama dalam pelajaran matematika misalnya," katanya.  

Kajian draft modul berlangsung hingga petang. Tampak hadir, Tim Moderasi Beragama Ditjen Pendikan Islam, yaitu: Ruchman Basori, M. Sidik Sisdiyanto, Anis Masykur, Sholla Taufik, Muhtadin, serta sejumlah pegawai Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah.(p/ab)