KEM Pertamina Ubah Lahan Tidur Jadi Produktif

By Admin

nusakini.com--Setahun lalu, Daryo (54), seorang Petani sayur di Desa Lamomea, Kabupaten Konawe Selatan, seringkali harus berganti profesi sementara menjadi penjual tape keliling dengan mengayuh sepeda ontelnya berkeliling kampung. Pekerjaan ini kerap ia lakukan untuk membayar hutangnya kepada rentenir yang ia gunakan setiap kali akan membeli benih modal untuk bertani ketika usaha taninya mengalami gagal panen ataupun musim yang tidak mendukung.  

Namun, kini Daryo sudah bisa tersenyum lega. Tidak ada lagi cerita mengenai berhutang kepada rentenir. Setiap harinya, Daryo beserta puluhan kepala keluarga lainnya di Desa Lamomea bekerja keras mengurus tanaman sayuran maupun ternak sapi dan kambing yang telah memberikan mereka pendapatan tetap selama hampir genap 1 tahun.  

Aktivitas pertanian dan perternakan tersebut dilakukan di atas lahan seluas 4 hektar yang dahulunya terlantar dan dikolonisasi oleh alang-alang serta semak belukar. Lahan tersebut berhasil ditransformasi menjadi lahan produktif dengan implementasi pertanian terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan oleh Daryo bersama seluruh masyarakat Desa Lamomea melalui program Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Pertamina Lamomea. 

KEM Pertamina Lamomea merupakan Program CSR Pertamina MOR VII bekerjasama dengan Forum Layanan Iptek bagi Masyarakat (FLIPMAS) yang diinisiasi sejak tanggal 27 Maret 2017. Program KEM Pertamina bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di lahan-lahan marjinal dan terletak di desa terluar, terdepan, terpencil. Caranya mengubah menjadi desa binaan dengan lahan produktif yang mampu mensejahterakan masyarakat. 

KEM Pertamina Lamomea mendapatkan pendampingan secara intensif dari FLIPMAS yang diketuai Prof. Dr. Ir. Muhammad Tafik, M.Si. “KEM Lamomea telah dibentuk menjadi sebuah kawasan berkehidupan dengan mengusung pertanian terpadu dan berkelanjutan dengan kombinasi penanaman tanaman semusim dan tahunan. Serta pemeliharaan ternak sapi yang diikuti dengan pembuatan kandang sapi yang didesain untuk menghasilkan pupuk organik padat dan cair,” ujar Taufik saat membuka kunjungan siswa SMK Pertanian Unaaha di KEM Lamomea, Senin (19/3). 

Taufik melanjutkan, setelah memberikan pelatihan dan pendampingan, saat ini berbagai tanaman sayuran telah disintesis dari lahan KEM Lamomea. Tanaman semusim didominasi oleh tanaman sayur, sedangkan untuk tanaman tahunan yakni pepaya dan buah naga. “Mengingat tingginya permintaan akan sayuran untuk mensuplai masyarakat kota Kendari maka frekuensi penanaman sayuran di KEM Lamomea juga menjadi sangat tinggi. Diperkirakan telah lebih dari 40 kali siklus tanam dan panen tanaman kangkung dan bayam saja,” ujarnya. 

Berbagai teknologi budidaya tanaman, tutur Taufik, juga telah diperkenalkan di KEM Lamomea. Diantaranya pemanfaatan bedengan secara optimal dan budidaya sistem lorong untuk tanaman tahunan dan musiman. Biourine atau pupuk organik cair dari urine sapi menjadi salah satu andalan petani di KEM Lamomea dalam budidaya sayuran. “Dengan penggunaan biourine, tanaman dalam satu siklus tidak perlu menggunakan pestisida kimia sintetis secara signifikan. Karenanya sayuran asal KEM Lamomea cukup ramah lingkungan,” jelasnya. 

Sementara itu, Unit Manager Communication & CSR MOR VII, M. Roby Hervindo menjelaskan, saat ini program KEM telah berjalan di tiga kawasan di wilayah Sulawesi Tenggara, salah satunya yakni KEM Pertamina Lamomea. "Jika sebelumnya pendapatan masyarakat Desa Lamomea tidak menentu dari bertani dan beberapa profesi temporer lainnya, dengan adanya program KEM pendapatan petani bisa berkisar Rp 3 Juta sampai Rp 6 Juta per bulannya," jelasnya. 

Taufik menambahkan, keberhasilan KEM Lamomea ini juga telah menjadikan kawasan ini sebagai wahana pembelajaran dan sosialisasi. Berbagai kunjungan datang dari pihak luar ke KEM Pertamina Lamomea, seperti mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo yang menjadikannya sebagai tempat praktikum lapangan, kunjungan mahasiswa dari beberapa universitas hingga kunjungan belajar siswa sekolah dasar.(rilis/rajendra)