Keluarga Merupakan Kunci Keberhasilan Pembangunan Manusia di Era Revolusi Industri 4.0

By Admin


nusakini.com--Jakarta--Berbagai temuan bukti empiris telah menunjukkan bahwa kemajuan bangsa di masa depan sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM), bukan karena melimpahnya sumber daya alam (SDA). Saat ini Revolusi Industri 4.0 menjadi harapan sekaligus tantangan bagi keluarga di Indonesia. Keluarga kini dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun kultural. BKKBN selaku lembaga negara yang melayani hajat hidup keluarga Indonesia sekaligus menciptakan regenerasi SDM berkualitas memandang perlu untuk berkontribusi menyukseskan Making Indonesia 4.0. Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhi peran keluarga, mayarakat dan dunia pendidikan di dalam mendidik, menerapkan dan menumbuhkan nilai karakter bangsa.

Peran beberapa kementerian dan lembaga pemerintah (Kementerian PPN/Bappenas, Kemdiknas, Kemenristek & Dikti, PP&PA, BKKBN serta jajarannya, perguruan tinggi dan lain-lain) belum dirasakan optimal dalam memfasilitasi dan mendampingi keluarga Indonesia dalam mendidik anak untuk menghasilkan SDM berkualitas. Sayangnya, apa yang dilakukan BKKBN dan mitra kerja tidak sama cepat dengan perubahan nilai-nilai kehidupan keluarga yang sedemikian kencang berubah akibat diterpa berbagai informasi digital. Teknologi informasi begitu cepat dan bebas menembus ruang-ruang pribadi keluarga. Akibatnya, Indonesia dalam ‘bahaya”, menuju pada tatanan nilai-nilai baru yang jauh dari cita-cita founding fathers negara ini, ujar M. Yani Deputi Keluarga Sejahtera & Pembangunan Keluarga BKKBN pada acara Ekspose Pengembangan Parameter Aplikasi dan Modul Kesiapan Berkeluarga bagi Remaja di Kantor BKKBN, Jakarta Timur.

Yani juga menjelaskan, bahwa ada tiga komponen kunci yang bertanggung jawab dalam pengasuhan termasuk internalisasi nilai-nilai essensial pembentuk karakter bangsa adalah keluarga, masyarakat dan dunia pendidikan. Keluarga adalah wadah pertama dan utama dalam pengasuhan dan mendidik anak dalam menumbuhkan nilai-nilai tersebut. Masyarakat ikut berperan di dalam menjaga agar nilai-nilai itu tidak luntur dan tumbuh subur. Sekolah merupakan sarana lanjutan tempat menggembleng peserta didik menumbuh-kembangkan nilai karakter.

Revolusi Industri 4.0 menjadi harapan sekaligus tantangan bagi keluarga di Indonesia. Keluarga kini dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun kultural. Sementara dikalangan generasi milenial dan generasi Z, konsep keluarga kecil dengan dua anak semakin populer. Karena kedua generasi tersebut sangat berorientasi pada karir dan masa depan.

Selain itu, generasi ini memiliki kecemasan terhadap situasi politik, ekonomi, dan lingkungan yang dianggap semakin memburuk. Perilaku ini tidak lepas dari konstruksi dari berbagai media digital dan produk budaya populer yang mempengaruhi gaya hidup remaja Indonesia. Pilihan untuk menjadi LGBT, melajang atau menikah tanpa anak mulai tumbuh dibenak generasi muda sebagai gaya hidup. Disaat bersamaan, kelahiran anak di luar nikah semakin marak dikalangan remaja. Namun, dizaman ini perilaku tersebut direspon secara “permisif” oleh sebagian masyarakat, tambah Yani. Sejatinya di era Revolusi Industri 4.0 pembangunan keluarga harus memiliki format baru agar sejalan dengan era revolusi industri kekinian. Keluarga merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan manusia di era Revolusi Industri 4.0, yang pada gilirannya berpengaruh juga pada pencapaian bonus demografi. Jika saja momentum bonus demografi di era Revolusi Industri 4.0 tidak terkelola dengan baik, bisa jadi momentum emas bonus demografi maupun Revolusi Industri 4.0 gagal dicapai, tutup Yani.(r/rajendra)