Kala Chelsea Islan Jadi Tidak Cantik Di Film Sebelum Iblis Menjemput

By Admin

nusakini.com--Dari judul, film garapan Timo Tjahjanto ini sudah menggambarkan genre horror yang kembali akan menghantui dan menambah deretan film-film sejenis merajai panggung bioskop Indonesia hingga hari ini.  

Setelah Pengabdi Setan, Danur, kafir, Sabrina dan lainnya, maka peluang Sebelum Iblis Menjemput meraup simpatik penonton terbuka lebar dengan aksi para pemerannya. Terutama kepiawaian screenplay selaku rumah produksi memadukan dua artis cantik Chelsea Islan dan Pevita Pearce sebagai main talent dalam film tersebut.  

Kehadiran Chelsea Islan sebagai bintang idola remaja saat presscon di Makassar menjadi motivasi tersendiri bagi awak media berdesakan bersua langsung dengan gadis manis 23 tahun ini.  

Kecantikan Chelsea mengundang perhatian para pengunjung saat sesi foto digelar sesaat sebelum gala premier. Chelsea hadir bersama pemeran lainnya Karina Suwandi, Samo Rafael, Ruth Marini yang ditemani Publik Relation Screenplay Jessika Pingkananda.     

Berperan sebagai Alfie, putri kandung Lesmana (Ray Sahetapy) berhasil diperankan dengan total sehingga Chelsea praktis tampil tanpa casingnya yang berparas cantik. Aktingnya begitu memukau, padahal ini perdana dia bermain film bergenre horror.  

Berkesempatan hadir dan menonton film ini, saya mencoba menyoroti talenta bakat akting khusus yang dimiliki Chelsea sebagai sebuah perbandingan dengan talenta-talenta berbakat lokal Makassar.  

Apa yang disuguhkan oleh Chelsea dari awal kemunculannya hingga ending film begitu pas sebagai seorang anak yang dalam cerita ini, terhantui oleh masa lalunya yang kelam.  

Saat ditanya, apakah aktingnya sudah maksimal dalam film ini ? “ Saya berupaya untuk memainkan dan menjiwai peran sebaik mungkin, nanti bisa dilihat dan silahkan dinilai “, ujarnya.   

Dirinya rela tampil tidak “cantik”, namun menyuguhkan kecantikan dalam perannya. Sudah seharusnya seorang aktor / aktris seperti ini. Jangan selalu mau terlihat cantik hingga tak cantik aktingnya.  

Kalau melihat keseluruhan film maka kesan seram dengan unsur gore yang dihadirkan sudah sampai ke penonton. Teriakan histeris penonton saat Chelsea di pegang oleh iblis di rumah sakit ketika menjenguk ayahnya, adalah awal dimana saya harus memperbaiki cara duduk, menghindari gerakan tak terduga dari orang yang duduk disebelah.  

Adegan demi adegan berjalan membuat mata ini kadang terpejam melihat kesadisan yang tersaji. Mulai dari muntahan darah kotor memenuhi seluruh wajah hingga kepala yang tercabuti dari tubuh.  

Bahkan aksi Chelsea terjatuh masuk ke liang kubur sang iblis merupakan puncak klimaks total akting wanita dengan tinggi badan 1,67 meter itu. Ini baru suguhan gambar, belum lagi debaran jantung ulah sound effect film yang patut diacungi jempol. 

Gambar dan Sound effect menjadi satu untuk membuat film ini tidak untuk dilewatkan jika kita ingin merasakan adrenalin yang berbeda menonton film horror berkelas.   

Saya sangat berharap apa yang ditunjukkan Chelsea, ditonton oleh talenta berbakat Makassar agar dapat mengambil pelajaran darinya. Bagaimana karakter dan mimik wajah seseorang yang dilanda terror berkepanjangan.  

Namun bagaimanapun juga kata kekurangan itu tidak pernah lepas dari sebuah film. Alur cerita film yang cepat membuat dramaturgi seakan terabaikan, sehingga kesan dilebih-lebihkan sedikit mewarnai peradegangan yang ada.  

Happy ending film ini, disambut dengan tepukan para penonton yang puas bintang idolanya berhasil mengalahkan sang iblis. Selaku insan yang juga bergelut di dunia seni peran, salut dan apresiasi saya khusus buat gadis cantik ini, yang berani tampil tidak “cantik” untuk persembahkan sesuatu yang “cantik”.  

Bahkan saya sangat berharap suatu waktu dapat duduk bareng Chelsea dalam sebuah presscon. Jadi bagi yang kepingin melihat Chelsea “cantik” jangan lewatkan nonton film Sebelum Iblis menjemput yang telah tayang di bioskop sejak 9 Agustus 2018. Semoga akan lahir Chelsea-chelsea baru dari bumi Anging Mammiri, Makassar ini. Jayalah terus film-film Indonesia.         

By : Luthfi Sato (Sekretaris Serius Perfilman Indonesia)