KADIN: Harga Daging Sapi Rp.80 Ribu/Kg Bakal Sulit Dicapai

By Admin


nusakini.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, keinginan pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi hingga Rp80 ribu per Kilogram (Kg) bakal sulit dicapai. Bahkan, impor daging sapi yang dilakukan pemerintah tak cukup mampu menekan harga daging sapi di pasar.

Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Pangan Strategis, Juan Permata Adoe yang mengatakan berbagai keinginan pemerintah belum didukung oleh data yang tepat. Selain itu, harga daging di Indonesia sering kali dibandingkan dengan negara lain. 

"Dalam pergunjingan ini, dilakukan keinginan harga mencapai Rp80 ribu (per Kg). Pernah diisukan harga daging sebenarnya Rp45 ribu sampai Rp50 ribu (per Kg berat hidup sapi). Pernah dibanding dengan Malaysia," ujarnya, Selasa (14/6/2016).

Padahal, kata dia, konsumsi daging masyarakat Malaysia dan Indonesia berbeda. Jika masyarakat Malaysia lehih memilih mengonsumsi daging kerbau (buffalo beef) bukan daging sapi sehingga harga di sana bisa berkisar antara Rp45 ribu sampai dengan Rp60 ribu per Kg. 

Di sisi lain, dirinya menyatakan, jika stok sapi hidup di Indonesia memang semakin sedikit. Jika dirata-rata setiap peternak sapi hanya memiliki dua ekor sapi saja yang tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

"Peternak itu sapinya semakin kurang. Kalau dihitung dengan statistik per hari ini, 12 juta itu berarti setiap petani atau peternak memelihara sapi hanya dua ekor. Kalau logistik musim lebaran, tidak mungkin supply Jakarta. Ini yang jadi persoalan tiap tahun dipecahkannya selalu daging impor," jelas dia. 

Pemilik Supplier Daging Kibif ini menambahkan, impor daging oleh pemerintah tak serta merta menurunkan harga sapi. Pasalnya, jenis daging sapi dalam bentuk daging beku (frozen) yang diimpor pemerintah berbeda dengan apa yang dikonsumsi mayoritas masyrakat Indonesia. 

"Ini yang dibilang, kalau banyak impor makin bikin harga melambung. Karena konsumen kita 85 persen senang daging segar yang ada di sapi hidup. Bukan yang 15 persen (mengkonsumsi daging beku). Ini yang tidak pernah dipahami, yang harusnya dilakukan itu perbanyak sapi," pungkasnya. (if/mk)