Jemaah Haji Diimbau Keluar Pondokan Bersama Rombongan

By Admin

nusakini.com - AMD kakek berusia 90 tahun, asal Bogor, Jawa Barat, berangkat haji tanpa pendamping, setelah ditelusuri lebih lanjut, sebenarnya sudah mendaftar ibadah haji bersama anank dan cucunya, tapi takdir AMD berangkat ibadah haji seorang diri.

Sebelumnya, AS Nenek berusia 84 tahun, asal Sulawesi Selatan, juga berangkat ibadah haji tanpa pendamping, walau sudah ada rekomendasi dokter agar disertai pendamping, takdir AS berangkat ibadah haji seorang sendiri.

Keduanya masuk kategori risiko tinggi (risti) bergelang warna hijau, artinya kedua jemaah ini umurnya di atas 60 tahun, tapi tidak sedang dalam menderita penyakit yang perlu kewaspadaan tinggi.

Karena tidak ada pendamping, maka keduanya harus di rujuk ke KKHI. AS mengalami gangguan psikologis, karena merasa seorang diri, kemudian AMD tidak mampu mengeluarkan air seni (kencing) dan harus dilakukan kateter. AMD selalu menahan kencing, karena takut ke toilet, sebab tidak ada yang mengantar atau mendampingi.

Hasil laporan Siskohatkes hari ke 12, tanggal 8 Agustus 2017, menunjukan data deteksi dini gangguan kesehatan pada jemaah haji sebanyak 189 jemaah, dengan lokasi di pondokan dan sektor khusus. Sedangkan emergency respon sebanyak 155 orang di pondokan dan sektor khusus. Setelah dilakukan penanganan, 296 jemaah tersebut kembali ke Kloter, 62 jemaah dirujuk ke KKHI dan 33 di rujuk ke RSAS.

Menyikapi kondisi jemaah haji di atas, PJ Tim Promotif Preventif, M.Latu mengingatkan kepada TKHI, Karu, Karom dan Ketua Kloter memantau keadaan kesehatan jemaah haji lansia yang tidak ada pendamping, sehingga kesehatan, ibadah dan aktifitasnya dapat terpantau dengan baik.

“Tak terkecuali kepada jemaah haji yang masih muda dan lebih sehat untuk turut berpartisipasi dalam membantu kelancaran dan kesehatan jemaah haji lansia yang tidak ada pendamping dan membutuhkan bantuan”, harap Latu.

Selain itu, Latu juga berharap kepada jemaah lansia, bila akan keluar pondokan, ibadah dan ziarah untuk bersama-sama dengan rombongan. Hal ini untuk menghindari terjadinya jemaah tersesat, dll, sehingga keberadaanya dapat termonitor oleh petugas haji di kloter. (p/ma)