Ini Tujuh Prioritas yang Jadi Fokus Kerja Kemenristekdikti

By Admin


nusakini.com - Dalam menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-21, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) sibuk melakukan persiapan.Termasuk, mengunjungi kediaman mantan Presiden RI ke-3 Baharudin Jusuf (BJ) Habibie di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

Menteri Ristek Dikti M Nasir beserta para pejabat terkait berdiskusi sekaligus meminta wejangan dari lelaki yang juga pernah menjabat menristek di masa Orde Baru tersebut, pada Selasa (19/7/2016) malam.

"Tidak afdal rasanya kalau kami tidak meminta arahan dari Bapak. Meskipun saya sudah diangkat jadi menteri, bagi saya Bapak adalah guru saya," kata M Nasir mengawali perbincangan.

Tak lupa, ia lebih dulu memberikan sedikit gambaran mengenai rencana strategis pemerintah khususnya di bidang pengembangan riset dan teknologi dalam lima tahun ke depan. Bahwa ada tujuh fokus bidang riset yang dinilai penting untuk menjadi prioritas.

Antara lain di bidang pertanian dan ketahanan pangan, energi (termasuk energi terbarukan), teknologi transportasi, kesehatan dan obat, teknologi informasi, material maju (teknologi nano), serta industri pertahanan.

"Food and agriculture, misalnya. Sekarang lagi ramai soal impor beras, kita ini negara agraris jadi sudah seharusnya swasembada pangan. Belum lagi bahan baku obat yang 92%-nya masih impor," tutur mantan Rektor Undip itu.

Persoalan paling mendasar lainnya, ungkap Nasir, masalah para peneliti yang kerap direpotkan dengan urusan administrasi. Namun, kini pemerintah telah membuat kebijakan baru yakni <>based on output artinya biaya riset dilihat dari apa yang dihasilkan bukan sekadar laporan penelitian.

Demikian halnya di bidang lain, seperti energi dengan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir yang diharapkan mampu menyokong kebutuhan energi 35 ribu megawatt di masa depan. Pengembangan hasil riset juga diupayakan untuk kemajuan transportasi di darat, laut, dan udara.

"Tapi kalau berbicara soal teknologi, semua masyarakat Indonesia tahu kalau dimulainya kebangkitan teknologi saat masa bapak dulu. Sementara kami akan terus berupaya melanjutkan," tandasnya.

Teknologi berbasis SDM

Dengan pembawaan dan nada bicara yang khas, pria 83 tahun kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan, itu pun menegaskan bahwa Indonesia memiliki modal besar untuk bisa maju. Akan tetapi bukan karena kekayaan alamnya yang melimpah, melainkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang besar.

"Tidak cukup berpikir keras. Negeri kita ini pluralistik, berbeda dari Sabang sampai Merauke perilaku dan budayanya. Tapi, itu semua mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang bisa menjadi unggulan," cetusnya.

Seraya mengenang, ketika dipercaya memimpin bangsa yang besar bernama Indonesia ia pun hanya berpegang teguh pada janji sebagaimana diamanatkan UUD 1945.

Artinya, jelas Habibie, masyarakat Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah bagi negerinya sendiri. Pemerintah harus terus berupaya mengembangkan kemampuan SDM-nya sehingga bisa diandalkan untuk membuat rencana-rencana strategis demi kemajuan negeri tercinta.

"Kemajuan riset ataupun teknologi juga tidak hanya bisa bersumber dari resources yang ada. Jadi wajar kalau kita mengandalkan keunggulan dari manusia," pungkasnya.(p/mk)