Ini Gerak Cepat Ditjen PKH Kementan Atasi Anthrax

By Admin

Ternak kambing (ilustrasi) 

nusakini.com - Sebagai upaya cepat membantu pencegahan dan pengendalian kasus penyakit anthrax di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istemewa Yogyakarta, terutama terkait adanya kematian ternak dan juga berimbas kepada meninggalnya manusia karena tertular penyakit tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) telah mengirim tim ke lokasi untuk investigasi dan pengambilan sampel guna uji laboratorium serta menyampaikan langsung bantuan vaksin dan obat-obatan.

Atas peristiwa tersebut, Ditjen PKH tidak pernah menerima laporan atas kasus kematian 1 ekor sapi dan 17 ekor ternak kambing, baik oleh peternak maupun masyarakat ke dinas setempat. “Setelah ada kasus pada manusia, maka Dinas Kesehatan melaporkan kepada Pemda Kulon Progo dan Dinas Peternakan, yang selanjutnya diinfokan ke Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates),” kata Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Kesehatan Hewan pada Ditjen PKH dan Yuliana Susanti, Tim Humas Ditjen PKH, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/1/2017). 

Begitu mendapat laporan tentang kasus dugaan anthrax tipe kulit pada beberapa orang di Dusun Penggung, Ngroto, Ngaglik dan Dusun Wonosari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 10 Januari 2017, BBVet Wates yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Ditjen PKH, langsung menurunkan tim. “Berdasarkan hasil pengujian laboratorium di BBVet Wates pada tanggal 12 Januari 2017, disimpulkan bahwa penyebab kematian ternak itu akibat terinfeksi kuman anthrax, yaitu Bacillus Anthracis yang merupakan penyebab penyakit anthrax,” terangnya. 

Selain itu, lanjut Fadjar, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo bahwa dari 16 orang yang menderita anthrax tipe kulit, 15 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 1 orang meninggal dunia. “Namun demikian, penyebab kematian tersebut belum dapat dipastikan mengingat pasien juga menderita komplikasi diabetes dan penyakit jantung, serta berusia lanjut yakni 78 tahun,” paparnya. 

Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit anthrax tersebut, pihaknya melakukan beberapa tindakan di antaranya pembentukan tim penanggulangan wabah anthrax di Kabupaten Kulon Progo yang diketuai Sekretaris Daerah dengan melibatkan Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, BBVet Wates dan instansi terkait lainnya. Pembentukan posko pengendalian penyakit anthrax di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Girimulyo dengan melibatkan seluruh tenaga medik veteriner dan paramedik veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Kulon Progo dan BBVet Wates yang terus mengawasi setiap perkembangan kasus. 

Lalu melakukan pembatasan lalu lintas ternak. Melakukan pengobatan antibiotika terhadap ternak-ternak di lokasi penderita anthrax kulit dan juga terhadap ternak yang sekandang dengan hewan yang mati atau potong paksa. Melakukan penyemprotan desinfektan di lokasi hewan mati atau potong paksa, tempat pemotongan, serta tempat penguburan ternak atau kotoran untuk mematikan kuman yang ada di tanah dan di lokasi. Vaksinasi pada hewan terancam di desa tertular dan daerah sekitarnya. Pemusnahan sisa daging yang berasal dari hewan tertular yang masih disimpan oleh masyarakat. “Dan juga penyuluhan dan sosialisasi melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada semua perangkat desa tertular dan masyarakat tentang penyakit anthrax dan cara pencegahan, pengendalian, serta pengamanannya,” urai Fadjar. 

Sementara bantuan yang diberikan oleh Ditjen PKH juga atas peristiwa tersebut di antaranya bantuan berupa vaksin anthrax sebanyak 17.500 dosis, antibiotika sebanyak 48 botol @ 100 ml, vitamin sebanyak 48 botol @ 100 ml, desinfektan sejumlah 4 botol @ 2,5 liter, dan memberikan 1 unit sprayer. 

Dijelaskan juga bahwa surveilans dan monitoring terus dilakukan terutama dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke lokasi kejadian, serta sekitarnya mulai dari penutupan lalu lintas sampai pembatasan dan pemeriksaan ternak yang akan keluar dan masuk wilayah. “Selain itu, pengambilan dan pengujian sampel oleh laboratorium BBVet Wates juga terus dilaksanakan untuk memonitor cemaran kuman di lokasi,” kata Fadjar. 

Begitu juga koordinasi dengan Pemkab Kulon Progo terus dilakukan dengan melibatkan Dinas Peternakan, Kesehatan dan instansi lainnya, terutama untuk menyusun langkah-langkah pengendalian kasus anthrax. “Berdasarkan laporan perkembangan sejak tanggal 18 Januari 2017 sampai kini tidak adanya lagi kasus baru. Situasi terakhir sudah terkendali,” ujarnya. 

Terkait dengan kematian anak usia 9 tahun di Kabupaten Sleman, lanjutnya, meninggal karena meningitis. Akan tetapi dari sampel cairan cerebrospinal yang diuji di laboratorium Dinas Kesehatan (dan sampel yang sama dikonfirmasi di BBVet Wates) ditemukan adanya kuman anthrax. “Sebagai informasi bahwa secara teori memang pernah ditemukan adanya infeksi anthrax yang menyebabkan radang meningitis akan tetapi sangat langka kasusnya. Tim investigasi telah melacak bahwa anak tersebut sebelum sakit dan demam pernah berenang disalah satu kolam renang dekat tempat tinggal. Akan tetapi dari hasil uji lab terhadap sampel dari lokasi kolam renang tidak ditemukan adanya kuman anthrax,” ucap Fadjar. (p/mk)