Indonesian Day 2018 Hadirkan Pengalaman Sebagai Indonesia bagi Capetonians

By Admin

nusakini.com--Sekitar 2520 penduduk Cape Town atau "Capetonian" memenuhi halaman KJRI Cape Town untuk merasakan sejenak “Indonesia" pada perayaan Indonesian Day 2018, akhir pekan lalu.

Konsul Jenderal RI Cape Town membuka acara ini dengan pemukulan gong yang disaksikan oleh Dr. Ivan Meyer (Menteri Keuangan Kabinet Pemerintahan Provinsi Western Cape), Ald H Levendal (Executive Mayor of Mossel Bay), dan 6 orang anggota DPR-RI dari Komisi VI, VII, dan XI yang sedang berkunjung ke Cape Town.  

"It is a solid proof that Cape Town is always in our heart," ujar Konjen RI Cape Town pada saat upacara pembukaan Indonesian Day 2018. Pelaksanaan acara ini merupakan upaya untuk menegaskan kembali dalamnya hubungan Indonesia-Cape Town.  

Sementara itu, dalam sambutannya, Dr. Ivan Meyer menyatakan bahwa acara ini menjadi penanda bahwa kedua pemerintahan serius untuk mempererat hubungan yang secara tradisional tersebut telah terjalin dan perlu mengembangkannya dalam berbagai bidang, “This is for us, a great moment of our friendship and we are working very closely with the Consul General of Indonesia as we celebrate the Indonesian Day." 

Acara Indonesian Day 2018 ini bertujuan untuk membuka peluang-peluang untuk pengembangan kerja sama lebih lanjut antara Indonesia dengan Cape Town,khususnya, di berbagai bidang. Untuk mencapai tujuan tersebut, acara ini berupaya untuk mengambil hati warga masyarakat Cape Town dan menciptakan ketertarikan dalam terhadap Indonesia. Pengunjung sebagian besar menikmati pengalaman akan “Indonesia" yang diperoleh dalam acara ini dan merespon secara positif pelaksanaan acara ini. Hal ini terlihat dari beberapa kuesioner yang diisi oleh para pengunjung. 

Acara ini melibatkan 12 vendor makanan dan minuman, 5 vendor produk dari Indonesia yang menawarkan pakaian dan tas batik, perhiasan perak dan kerajinan tangan lainnya, produk makanan cepat saji dan produk pakaian muslim, 1 pengisi pameran Sheikh Yusuf Al-Makassari (Imam Adam Philander), grup tari Eoan Academy, dan grup band Senusa dari KBRI Windhoek. 

Pengalaman akan keberagaman budaya dan tradisi Indonesia tersajikan secara apik dalam acara ini. Hal ini terasa sejak pintu gerbang, dari penyambutan oleh tim among tamu yang berpakaian adat Indonesia dari Palembang, Sulawesi Selatan, Papua, dan Lombok.

Belum lagi, pengunjung dapat berfoto di depan backdrop candi megah Borobudur dan terpuaskan pandangannya dengan foto-foto berukuran besar 10 destinasi prioritas Bali baru, seperti Wakatobi, Tanjung Kelayang, Morotai, Mandlika, dan Labuan Bajo.

Di dalam venue, pengunjung dimanjakan lidahnya dengan beragam makanan maupun penganan Indonesia, antara lain, mie goreng, sate ayam, bakso malang, soto betawi, martabak, risoles, kue sarang semut, kue pukis, maupun produk-produk makanan dan minuman Indonesia, seperti produk Indomie goreng Indofood, produk biskuit dari Mayora, dan produk Kopi Kapal Api.

Tidak hanya itu, tarian-tarian tradisional Indonesia, seperti Baleganjur, tari cebing melati, dan tari yapong maupun lagu-lagu Indonesia, seperti angin mamiri, jangkrik genggong, dan goyang maumere, mampu mendorong para pengunjung untuk larut dan bergoyang dalam suasana yang tertata seperti layaknya kemeriahan kampung kecil Indonesia. 

Berbeda dengan penyelenggaraan tahun kemarin, Indonesian Day tahun ini memberikan peluang bagi Capetonians untuk berbagi sekelumit cerita dan kisah tentang Indonesia yang dapat menginspirasi warga lainnya untuk mengunjungi Indonesia.

Salah satu yang bercerita adalah Caroline Porter, seorang pekerja IT Cape Town yang berdedikasi untuk mengembangkan komunitas lokal di Gili Air, Lombok, NTB. Callie, demikian ia disapa, bahkan menggugah pengunjung lainnya melalui kisah tentang bagaimana dia bersama-sama rekan-rekannya mengalokasikan bantuan kemanusiaan untuk korban-korban bencana gempa di Lombok. 

Keunikan lain dari acara Indonesian Day tahun ini adalah adanya pelaksanaan cooking demo Bakmi Jawa oleh Lemongrass guna memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia. Echi Ismail, pemilik cooking class Lemongrass, mempresentasikan perbedaan masakan bakmi Jawa dengan bakmi-bakmi lainnya yang dikenal warga Capetonian dan membagi-bagikan sampling bakmi Jawa bagi para pengunjung yang berkumpul di sekitar panggung demo. Pengunjung terlihat mengantri mencicipi sampel bakmi Jawa. Euphoria Capetonian terasa kuat. 

Di salah satu sesi acara, belasan pelajar kelas bahasa Indonesia turut unjuk diri mempertontonkan keahlian bermain angklung. Di samping bermain lagu Brahm's Lullaby dan Tanah Airku, salah satu pelajar bernama Ameenah juga mempertunjukkan keahliannya berdialog dalam bahasa Indonesia meski belum pernah ke Indonesia. 

Untuk menunjang kemeriahan acara, panitia juga membagi-bagikan suvenir khas Indonesia, yakni baju dan selendang batik serta produk-produk Indonesia, seperti Indomie, melalui berbagai kuis dan door prizes. Pengunjung terlihat antusias untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan MC. 

Salah satu vendor yang memperkenalkan tempeh sebagai produk yang disukai vegan menyatakan puas akan keberlangsungan acara ketika diwawancarai dan berharap dapat kembali ikut berpartisipasi dalam Indonesian Day berikutnya. 

Indonesian Day merupakan perhelatan akbar yang diselenggarakan KJRI Cape Town sebagai salah satu rangkaian perayaan hari kemerdekaan RI. Acara ini terbuka untuk publik secara gratis. Indonesian Day 2018 ini merupakan kali kedua acara ini terselenggara. Pada tahun lalu, acara lebih dititik beratkan pada bazaar makanan dengan jumlah pengunjung mencapai 1700-an orang.(p/ab)