Indonesia Raih WSIS Prize 2017 dari PBB di Jenewa

By Admin

nusakini.com--Empat inisiatif Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) Indonesia berhasil meraih penghargaan World Summit on the Information Society (WSIS) Prize 2017 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) – International Telecommunication Union (ITU).

Penghargaan tersebut dianugerahkan dalam pertemuan WSIS Forum 2017 di Markas Besar ITU yang berlangsung di Jenewa, Swiss, pada tanggal 12-16 Juni 2017. WSIS Prize merupakan penghargaan PBB bagi inisiatif TIK dalam mendukung akselerasi pembangunan dan kemajuan sosial-ekonomi, khususnya perwujudan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). 

Pemberian WSIS Prize 2017 diberikan langsung oleh Sekretaris Jenderal ITU, Houlin Zhao, serta turut disaksikan oleh Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib dan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan.

Dalam seremoni penghargaan dihadapan seluruh delegasi multistakeholders TIK global, WSIS Prize Winner 2017 untuk 4 inisiatif TIK yang diterima Indonesia diwakili oleh Donny B.U. (ICT Watch), Iman Abdurrahman (Jaringan Radio Komunikasi Indonesia), Sanny Gaddafi (8Villages Indonesia), dan Muhaimin Iqbal (iGrow Resource Indonesia). 

Pihak Panitia menetapkan inisiatif Internet Sehat dari civil society Indonesia, ICT Watch Indonesia menjadi pemenang utama (winner) WSIS Prize untuk kategori Ethical Dimensions of the Information Society.

Selain itu, terdapat tiga inisiatif Indonesia yang menjadi runner-up (champion), yaitu Backpack Radio Station yang digagas oleh Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) pada kategori e-Environment dan dua inisiatif lain yang pada kategori e-Agriculture yaitu LISA – Layanan Informasi Desa (LISA) yang digagas 8Villages Indonesia dan iGrow My Own Food dari iGrow Resource Indonesia. 

Penghargaan WSIS tahun ini diberikan kepada total 90 pemenang (18 juara pertama/winner dan 72 runner up/champion WSIS Prize 2017 yang berkompetisi pada 18 kategori yang berbeda.

Penentuan pemenang WSIS Prize dilakukan melalui 5 (lima) tahapan yaitu: pendaftaran, penentuan nominator, pemungutan suara secara global, hingga penentuan pemenang oleh para pakar di ITU.

Adapun hal mendasar yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pemenang WSIS 2017 adalah pada relevansi program usulan dengan WSIS Action Lines yang tercantum dalam dokumen Geneva Plan of Action, dampak positif terhadap masyarakat, serta keterkaitan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). 

Watapri Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib menilai capaian tersebut merupakan momentum untuk semakin meningkatkan kesadaran pemberdayaan potensi TIK bagi kemajuan seluruh sektor pembangunan nasional yang berdampak langsung pada kepentingan rakyat banyak. 

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Dirjen Aptika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menyampaikan bahwa pencapaian karya Indonesia pada anugerah WSIS 2017 menguatkan pesan Indonesia sebagai barometer penting pencapaian dan pengembangan TIK sebagai pilar pembangunan dunia.

Selain itu, masuknya dua nominator dari Indonesia di kategori e-Agriculture juga menegaskan profil Indonesia sebagai negara berkembang yang mampu bersaing serta memberikan inspirasi bagi negara lain dalam memperkuat sektor pertanian sebagai salah satu penggerak ekonomi kerakyatan. 

Profil keempat pemenang WSIS Prize 2017 dari Indonesia antara lain Program Internet Sehat (internetsehat.id), yang merupakan program kampanye edukasi yang diinisasi sejak 2002 dan mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan majemuk (multistakeholder) Internet di Indonesia. Inisiatif tersebut bertujuan untuk mendorong pengguna Internet di Indonesia untuk memanfaatkan Internet secara aman dan bijak. 

Sementara inisiatif Backpack Radio Station (jrki.or.id) adalah teknologi stasiun radio mini yang dapat dibawa dalam backpack (ransel) yang tahan air dan api, serta dilengkapi dengan batere tahan lama dan panel surya, guna melayani informasi di daerah-daerah yang terisolir akses informasinya.

Sekilas LISA (8villages.com) adalah aplikasi edukasi dan komunikasi untuk pemberdayaan komunitas rural, termasuk bagi petani dan pengusaha mikro, dengan saling menghubungkan komunitas rural pada berbagai lokasi di Indonesia. Dan iGrow (igrow.asia) adalah aplikasi yang memungkinkan adanya interaksi antara pemilik lahan pertanian, petani, investor dan pembeli hasil pertanian guna mendukung ekosistem rantai pasokan pertanian dan investasi permodalan terkait. (p/ab)