Indonesia Perkuat Sertifikasi Minyak Sawit Menuju Pengakuan di Uni Eropa

By Admin

nusakini.com--Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan Roundtable Discussion: Securing Access to EU's Market by Strengthening Sustainable Palm Oil in Indonesia di Jakarta, Selasa (28/6). Peserta diskusi ini adalah Duta Besar Uni Eropa dan Belanda, wakil dari Pemerintah, perwakilan asing negara-negara Eropa di Jakarta, pelaku usaha minyak sawit besar dan kecil, ahli minyak sawit dan kehutanan, dan LSM. 

Pada sesi pembukaan Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M. Fachir, menyampaikan bahwa hubungan Indonesia dan Uni Eropa berada pada tingkat yang sangat baik dengan capaian-capaian terkini seperti kesepakatan peluncuruan FLEGT license dan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/ CEPA) dalam waktu dekat dan diangkatnya larangan terbang 3 (tiga) maskapai Indonesia (Citilink, Batik Air, dan Lion Air). 

Wamenlu Fachir menekankan, "Kita perlu menggunakan momentum ini untuk mencari solusi yang menyeluruh untuk minyak sawit dengan memperkuat Indonesian Sustainable Palm Oil (IPSO) dan ke depan untuk pengakuan di Uni Eropa." 

Duta Besar Uni Eropa, Mr. Vincent Guerrend, menyampaikan bahwa Uni Eropa mengimpor setengah kebutuhan minyak sawit dari Indonesia dan Uni Eropa merupakan pasar kedua terbesar bagi Indonesia. Uni Eropa mendukung inisiatif mencapai minyak sawit yang berkesinambungan di Eropa dan mengharapkan adanya sistem kesinambungan yang rinci dan transparan minyak sawit di Indonesia. 

Sebagai narasumber, Musdalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koodinator Bidang Perekonomian, menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia mengundang para pemangku kepentingan terkait untuk bekerja sama dalam memperkuat ISPO untuk ekonomi berkesinambungan. Irwan Gunawan, Direktur Transformasi Pasar WWF Indonesia, mendukung kerja sama semua pemangku kepentingan untuk mempromosikan industri minyak sawit yang berkesinambungan di Indonesia. 

Duta Besar Arif Havas Oegroseno menilai masih banyak ruang untuk kerja sama RI-Uni Eropa untuk memperkuat ISPO yang mengarah pada pengakuan Uni Eropa, seperti mengkaitkan isu ini dengan CEPA. Bapak Bayu Krishnamurti, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, menekankan bahwa minyak sawit membawa manfaat bagi Indonesia dan UE dan mendorong kedua pihak untuk bersama mengatasi tantangan terhadap minyak sawit. 

Dewi Gustina Tobing, Direktur Kerja Sama Intra-Kawasan Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri, menekankan perlunya kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa untuk penguatan ISPO dengan mengambil pengalaman yang sudah berhasil dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SLVK) untuk produk kayu. Dr. Ir. Hendrajat Natawidjaja, Kepala Sekretariat ISPO, menekankan bahwa ISPO juga mencakup aspek ketelusuran dan kesinambungan dalam produksi minyak sawit, sesuai dengan berbagai peraturan nasional.  

Dalam sesi pembahasan, para pemangku kepentingan membahas cara-cara penguatan minyak sawit Indonesia dengan melakukan perbandingan dengan sistem sertifikasi yang telah diakui secara luas di Eropa seperti Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dan SVLK untuk produk kayu Indonesia.

Sebagai kesimpulan dari pembahasan, ditetapkan beberapa rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti untuk penguatan ISPO ke arah pengakuan di Uni Eropa, antara lain, kerja sama RI-Uni Eropa untuk pembahasan lebih rinci mengenai definisi berkesinambungan dan sertifikasinya, dan dukungan Uni Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa untuk memperkuat minyak sawit berkesinambungan sebagai produk yang memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.(p/ab)