nusakini.com--Dalam memenuhi komitmen di bidang keamanan nuklir, Indonesia telah berhasil menyelesaikan proses konversi Highly-Enriched Uranium (HEU) menjadi Low-Enriched Uranium (LEU) pada Agustus 2016. Saat ini, stok sebanyak 514 botol HEU atau setara dengan 1,4 Kg HEU telah berhasil diubah menjadi LEU oleh tim kolaborasi antara Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), PT INUKI beserta Department of Energy AS dan National Nuclear Security Administration (NNSA/Badan Pengawas Tenaga Nuklir AS). Keberhasilan Indonesia tersebut menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas HEU.   

Keberhasilan program konversi HEU menjadi LEU di Indonesia merupakan bukti komitmen Pemerintah Indonesia di bidang keamanan nuklir, sebagaimana disampaikan dalam berbagai forum internasional, diantaranya Nuclear Security Summit. Kemajuan ini juga merupakan bukti nyata implementasi pemanfaatan tenaga nuklir untuk maksud damai, yang merupakan salah satu dari tiga pilar Nuclear Non-Proliferation Treaty. Proses konversi sejalan pula dengan program pengembangan infrastruktur keamanan nasional, termasuk keamanan nuklir, sebagaimana tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-2019. 

Kerjasama proses konversi dengan AS tersebut merupakan salah satu tindak lanjut kesepakatan yang dihasilkan pada kunjungan Presiden RI, Joko Widodo, ke Amerika Serikat pada Oktober 2015. Saat itu, pemimpin kedua negara berkomitmen untuk membentuk suatu kemitraan strategis, dengan mengembangkan kerjasama pada area-area kepentingan strategis masing-masing, termasuk mengambil langkah-langkah kerjasama dalam mengamankan material nuklir. 

HEU merupakan material sisa dari produksi isotop medis Molybdenum-99 (Mo-99) oleh PT INUKI. Melalui proses konversi, LEU yang dihasilkan bersifat aman dan tidak dapat digunakan sebagai bahan pembuat alat ledak nuklir. PT INUKI berkomitmen untuk tetap memproduksi Isotop Medis Mo-99 guna memenuhi kebutuhan medis nasional dan regional. Produksi Mo-99 akan mulai menggunakan LEU pada akhir 2016. (p/ab)