Indonesia Kuasai Pasar Sawit Pakistan

By Admin

nusakini.com--Minyak sawit Indonesia sejak 2014 hingga 2016 menguasai pasar sawit Pakistan. Pada 2014 Indonesia memiliki market share 72,5% yang meningkat menjadi 83% di 2015 dan 82% di 2016. Pakistan merupakan importir ke-3 terbesar edible oil di dunia dengan jumlah sebesar 2,6 juta metrik ton pada 2016.

Sebagian besar impor edible oil dipenuhi dalam bentuk minyak sawit dengan jumlah 2,2 juta metrik ton. Di Pakistan edible oil menstimulasi pertumbuhan berbagai industri mulai dari minyak goreng, makanan, hingga sabun. Sumber impor utama Pakistan untuk produk edible oil adalah Indonesia dan Malaysia. Dengan kebutuhan sawit yang besar, Pakistan saat ini menjadi pasar ke-empat ekspor sawit Indonesia. 

Hal itu mengemuka dalam 2nd Pakistan Edible Oil Conference (PEOC), yang diselenggarakan di Karachi, oleh Pakistan Vanaspati Manufacturer Association (PVMA), Pakistan Edible Oil Refiners Association (PEORA), dan All Pakistan Solvent Extraction Association (APSEA) akhir pekan lalu.

Forum PEOC memberikan informasi luas mengenai perkembangan pasar sawit Pakistan. Pada 2nd PEOC, Dubes RI untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri, hadir bersama pelaku industri sawit Indonesia, yaitu, Kementerian Perdagangan, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), dan Asosiasi Industri Minyak Nabati Indonesia (AIMNI). 

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor, Kemendag RI, Djatmiko Bris Witjaksono hadir mewakili Menteri Perdagangan RI menyampaikan sambutan kunci pembukaan PEOC. Disampaikan bahwa Indonesia senantiasa terus meningkatkan daya saing sawit sekaligus menciptakan industri sawit yang berkelanjutan. Indonesia akan aktif melihat pasar sawit Pakistan. 

Posisi dominan Indonesia di pasar sawit Pakistan perlu dipertahankan. Menurut Dubes Iwan, minyak sawit dan turunannya sebagai komoditi ekspor utama Indonesia ke Pakistan berkontribusi pada devisa negara sebesar USD 1,4 miliar. Dubes RI dan para pelaku industri sepakat bahwa diperlukan upaya bersama dalam memperkuat diplomasi sawit Indonesia di luar negeri.

Permasalahan yang dihadapi sawit Indonesia berbeda-beda dan unik di tiap negara tujuan ekspor, sehingga diperlukan suatu upaya terpadu diplomasi sawit Indonesia di negara-negara tujuan ekspor utama. Pelaku industri sawit Indonesia dan Pakistan juga berpandangan bahwa komoditi sawit dapat menjadi salah satu instrumen yang mempererat hubungan bilateral RI-Pakistan. Interaksi dagang antara pelaku sawit kedua negara dapat membuka interaksi bisnis lainnya, seperti investasi atau perdagangan komoditi ekspor lainnya yang menguntungkan kedua negara. 

Disamping menghadiri PEOC, pada tanggal 22 Januari 2017 Dubes RI membuka Forum Bisnis RI-Pakistan mengenai perdagangan sawit yang terselenggara atas kerja sama KBRI Islamabad, KJRI Karachi, BPDP dan GAPKI. Acara Forum Bisnis dihadiri oleh pelaku industri sawit Indonesia dan pimpinan serta anggota Pakistan Vanaspati Manufacturers Association (PVMA) dan Pakistan Edible Oil Refiners Association (PEORA). 

Forum bisnis menjadi sarana guna lebih memperkuat komitmen RI-Pakistan dalam perdagangan bilateral dan menjadi mekanisme pendorong saling pengertian untuk menyelesaikan isu yang timbul dalam perdagangan sawit. "Hasil yang diperoleh dari forum bisnis ini dapat menjadi bagian bahan masukan untuk Pertemuan ke-2 review Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) yang akan diadakan bulan Februari mendatang di Islamabad", ungkap Dubes Iwan. 

Forum bisnis diisi dengan diskusi panel menyoroti perkembangan kerja sama perdagangan RI-Pakistan, serta isu teknis terkait perdagangan sawit. Direktur APEC dan Kerja Sama Internasional Kemendag RI, Deny W. Kurnia, menyampaikan Indonesia dan Pakistan perlu memberdayakan skema IP-PTA, karena masih banyak fasilitas bebas tarif yang belum dimanfaatkan. Pertemuan ke-2 review IP-PTA dapat menjadi forum yang tepat bagi kedua negara untuk menyampaikan perhatian dan keinginan masing-masing guna mendorong perdagangan bilateral yang berkelanjutan dan menguntungkan kedua negara. 

Diskusi panel juga membahas isu teknis perdagangan sawit, antara lain, klaim kekurangan volume (shortages claim) dan densitas minyak sawit, diskrepansi pada letter of credit (L/C), palm oil handling and transportation, dan manajemen resiko kargo. Usulan Dubes RI untuk membentuk komite khusus (Indonesia-Pakistan Palm Oil Council) guna membahas hal teknis terkait sawit dan peningkatan kerja sama perdagangan sawit Indonesia dan Pakistan mendapat sambutan positif dan langsung ditindaklanjuti oleh kedua pihak. Delegasi Indonesia dalam waktu dekat akan mengkomunikasikan nama-nama perwakilan Indonesia yang akan duduk dalam komite tersebut kepada pihak Pakistan. 

Selain membahas isu teknis, isu untuk memperluas pasar sawit Indonesia di Pakistan dan Kawasan Asia Tengah mendapat perhatian dari Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga. Menurutnya Asia Tengah dengan potensi pasar sebesar 66 juta jiwa merupakan target ekspor produk sawit yang belum tersentuh selama ini. Indonesia dan Pakistan dapat bekerja sama untuk masuk ke pasar Asia Tengah tersebut. (p/ab)